google-site-verification=I3gsFmhNnwraRTClYNy7Zy_HRGb_d1DkfDUi6e1xs34 Meluruskan ekor anjing ~ Medik Veteriner Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Meluruskan ekor anjing


Anjing merupakan hewan karnivora dan merupakan salahsatu hewan kesayangaan selain kucing. Hewan ini memiliki berbagai fungsi salah satunya adalah sebagai hewan penjaga dan sabagai hewan pemburu selain itu anjing dapat dipergunakan unutk melacak dan membantu pihak keamanan dalam menjalankan tugasnya. Anjing yang baik adalah anjing yang pemberani, pintar, bersosialisasi baik dengan anjing lain, baik terhadap orang dan berpenampilan/performans gagah. Penampilan yang disukai masyarakat dari anjing yaitu berpenampilan tegap, bermata sigap, telinga berdiri, ekor lurus panjang ke belakang. Anjing yang disukai adalah anjing-anjing bastar herder-kampung, boxer-kampung, herder-boxer, atau Pittbull-kampung.
Begitu banyak anjing bekerja sebagai anjing pemburu tetapi adapula bentuk ekor anjing yang tidak disukai oleh pemiliknya sehingga bentuk ekor anjingnya kurang menarik sehingga hal ini menjadi gengsi tersendiir bagi pemiliknya. Untuk merubah bentuk ekor yang melingkar menjadi lurus bisa dilakukan tindakan operatif bedah minor, yaitu dengan cara memotong tendon di beberapa bagian dorsal ekor hewan. Lurus dan melingkar/berkeloknya ekor anjing ditentukan oleh ruas-ruas tulang ekor, panjang/pendeknya tendon dan simetris tidaknya tendon di bagian ekor. Untuk membentuk ekor melingkar menjadi lurus bisa dilakukan dengan tendotomi di satu hingga lima tempat tergantung dari bentuk ekor hewan tersebut.













TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Ekor Anjing
Anatomi ekor anjing terdiri dari tulang ekor atau os koksigealis yang beruas-ruas. Tulang ekor dibungkus oleh otot-otot pembentuknya yang terdiri atas muskulus sakrokaudalis dorsalis, m. sakrokaudalis lateralis, dan m. Sakrokaudalis ventralis dan m. itertransversalis (Getty, 1975). Pada bagian dorsal ekor didapatkan tendon berupa tali-tali putih memanjang. Tendon-tendon ini merupakan perpanjangan dari muskulus sakrokaudalis dorsalis, dan m. sakrokaudalis lateralis yang memang berada pada sisi dorsolateral tulang ekor (Sisson dan Grossman, 1961).
Vena dan arteri besar didapat di bagian ventral (arteri dan vena kaudalis medialis), dan lateral kanan dan kiri ekor, yakni arteri dan vena kaudalis lateralis superfisialis (Fossum dkk., 1997). Di luar otot, ekor dibungkus oleh fascia koksigealis yang kuat. Kulit di bagian ekor anjing ditumbuhi rambut dengan kelebatan dan panjang rambut bervariatif. Bentuk ekor anjing juga beraneka ragam, ada yang tegak, melingkar, atau jatuh menggantung, tergantung dari ras anjing tersebut.

Bentuk Ekor
Bentuk ekor yang melingkar/berkeluk kekiri atau kekanan bersifat herediter dan cenderung dominan. Anjing-anjing berburu yang baik umumnya hasil silangan lokal dengan ras seperti Boxer, German Sheepherd, Pittbull atau Terrier. Hasil silangan ini umumnya memiliki ekor bengkok/tidak lurus. (Wardana, W. 2003)
Hasil pengamatan terhadap kadaver-kadaver anjing yang mati karena kecelakaan yang ditemukan di jalanan, dan anjing-anjing yang menjalani bedah salon, menunjukkan bahwa bentuk ekor berkelok ke samping kiri atau ke kanan dipengaruhi oleh ketidaksimetrisan panjang tendo m. sakrokaudalis lateralis dan dorsalis kiri atau kanan. Sedangkan ekor yang melingkar ke atas dipengaruhi oleh ukuran panjang tendo m. sakrokaudalis dorsalis yang tidak proporsional dengan ruas-ruas tulang ekor. Tidak tertutup kemungkinan juga melengkuknya ekor disebabkan oleh kelainan ruas tulang ekor akibat fraktur atau sebab lainnya, dengan kondisi ini bedah salon pola ini tidak bisa diterapkan (Wardana, W. 2003).

Premedikasi
Bedah salon meluruskan ekor anjing merupakan operasi bedah minor. Terhadap anjing yang jinak bisa menggunakan anaestesi epidural dan untuk jenis anjing peburu umumnya kurang jinak sehingga digunakan anaestesi umum (hall dan clarke, 1983).
Premedikasi atau preanestetik diberikan sebelum dilakukan anestesi umum dengan tujuan untuk mengurangi ketakutan dan kegelisahan, mengurangi rasa sakit, mengurangi produksi saliva dan reflek vagus, mempermudah induksi anestesi dan meningkatkan respon anestesi umum (Sawyer Donald C, 1982).
            Preanestesi digolongkan menjadi 3 golongan yaitu; analgesic, tranquilizer dan antikolonergik. Meperidine (Demerol) 1-2 mg/kg atau Oxymorphone (Numorphan) 0.1-0.2 mg/kg secara IM atau SC adalah beberapa contoh analgesic. Acetylpomazine 0.05-0.1 mg/kg secara IM atau SC dan Xylazine 1 mg/kg secara IM adalah contoh tranquilizer sedang antikolinergik yang sering diberikan pada anjing dan kucing adalah antropin 0.04 mg/kg secara SC, 0.02 mg/kg secara IM atau 0.01 mg/kg bila diberikan secara IV (Sawyer Donald C, 1982).
Atropin sulfat berfungsi mengurangi sekresi saliva, menurunkan peristaltik usus, mencegah bradikardia dan mencegah efek muskarinik antikolinesterase seperti neostignin. Atropin tidak dapat diberikan pada hewan yang mengalami gangguan hepar. Kerja obat dapat dilihat 30-60 detik setelah penyuntikan intra vena dan 10-15 menit setelah penyuntikan secara intramuskuler atau subkutan (Sardjana dan Kusumawati,          2004).
            Pada umumnya obat-obat praanestetik bersifat sinergis terhadap anestetik, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anestesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi dll (Sardjana dan Kusmawati, 2004).

Anestesi
           Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani, an-"tidak, tanpa" dan aesthÄ“tos, "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum Anestesi berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846  (anonimous, 2006).
           Tujuan pemberian anestesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi kusus, membuat hewan tidak terlalu banyak bergerak bila dibutuhkan relaksasi muskulus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Beberapa tipe anestesi adalah; 1.Pembiusan total — hilangnya kesadaran total, 2.Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), 3.Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya (Anonim, 2006).
Prinsip dasar anestesi umum adalah obat anestetika yang diberikan hendaknya tidak menimbulkan depresi respirasi dan gangguan sirkulasi, induksi maupun recoverinya cepat, tidak mahal, tidak menimbulkan iritasi jaringan, stabil dan tidak mudah meledak, penggunaannya tidak membutuhkan alat-alat kusus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dalam pemberian anestetika harus diperhatikan faktor-faktor seperti; kondisi hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh atau jenis hewan, penyakit-penyakit yang diderita, kepekaan hewan terhadap obat anestetik, serta beberapa penyakit seperti penyakit sirkulasi, respirasi, hepar, gagal ginjal dan anemia yang hebat (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
           Anestesi dibagi dalam 4 stadium; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran, pada stadium ini hewan masih sadar dan memberontak. (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Stadium II (stadium eksitasi involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan, pada stadium ini dijumpai adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, hipertensi dan takikardia.
Stadium III (operasi/pembedahan), terbagi dalam 3 tingkat; Plane I, ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak, tipe pernafasan torakoabdominal, reflek pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuntiva dan kornea terdepres. Plane II, ditandai dengan respirasi torakoabdominal, bola mata ventromedial, semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi abdominal yang regular, bola mata kembali ketengah dan otot perut relaksasi.
 Stadium IV (overdosis/paralisa medulla oblongata), ditandai dengan paralisa otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi, bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Archibald J, 1965).
Monitoring saat hewan teranestesi sangatlah penting, monitoring terhadap; 1.Tingkat kedalaman anestesi, sesuai tingkat depresi terhadap sistem saraf pusat yang dapat dilihat melalui tekanan darah, respirasi, reflek pupil, pergerakan bola mata dan kesadaran, 2.Temperatur tubuh, dimana umumnya tubuh tidak mampu mempertahankan temperatur tubuh, 3.Kardiovaskuler, melalui monitoring pulsus dan detak jantung, 4.Respirasi, melalui pemeriksaan tipe respirasi dan komplikasi sistem respirasi (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Ketamin HCL
           Ketamin hydrochloride adalah suatu obat bius atau obat penghilang rasa sakit yang biasanya digunakan terutama pada bidang kedokteran hewan; biasa digunakan pada anjing, kucing, kelinci, tikus, dan hewan kecil lainnya.
Ketamin juga digunakan bersama obat penenang lain untuk menghilangkan rasa sakit pada hewan besar seperti kuda dan sapi. Ketamin merupakan derifat piperidine, dikenal dengan sebutan “debu malaikat”/’PCP’ (phencycline) (Anonimous, 2006). Ketamin HCl termasuk golongan anestesi disosiatif yang bekerja dengan memutus saraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi, obat ini juga merupakan analgesik yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada saraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika dan setelah pemberian ketamin, reflek mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka
           Ketamin menimbulkan anestesi dissosiatif, secara farmakologi bereaksi cepat ditandai dengan adanya reflek laring yang normal atau agak ditingkatkan, tonus otot yang ringan atau agak ditingkatkan, tonus otot rangka yang normal atau agak ditingkatkan, stimulasi pernafasan dan kadang-kadang depresi pernafasan sementara atau minimal. Efek anestetik dari ketamin sebagian dapat disebabkan oleh suatu antagonis terhadap reseptor eksitasi N-metil aspartat, ketamin juga dapat bekerja pada reseptor kolinergik muskarinik, serotonin dan norepineprin dalam sistem saraf pusat (Omoigui, 1997).
            Penggunaan ketamin sebagai anestetika memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungan penggunaan ketamin antara lain; aplikasinya mudah, pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, dapat digunakan untuk situasi darurat dimana hewan belum dipuasakan karena reflek faring tetap ada, induksi cepat dan tenang, dan dapat dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lain. Kerugian penggunaan ketamin yaitu; menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara tunggal, responnya bervariasi terhadap beberapa pasien, menyebabkan hipotermia dan menyebabkan kekejangan ekstremitas, meyebabkan konvulsi pada beberapa pasien dan recoverinya lama (Slatter, 2005). Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anestetik yang baik (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazin dapat dipakai untuk ansetesi pada kucing (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis ketamin pada hewan kecil 10-20 mg/kg secara IM, dengan onset kerja 3-5 menit dan waktu rekoverinya 2-6 jam (Sawyer Donald C, 1982). Penggunaan ketamin pada kucing memerlukan pengalaman dan skill kusus, rekoveri pada kucing berbeda dari hewan lain, memerlukan perhatian dan observasi yang lama, dan jika rekoveri tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama maka dapat diberikan delirium sebanyak 0.05-0.1 mg/kg (Sawyer Donald C, 1982).

Xylazin HCL
Xylazin hydrochloride (Rompun) adalah suatu obat yang digunakan untuk penenang, anestesi, relaksan otot dan analgesik pada kedokteran hewan. Obat ini adalah suatu alpha2-agonis dengan penenang dan penghilang rasa sakit (Anonimous, 2006). Relaksasi otot disebabkan hambatan transmisi intra neural kedalam sistem saraf pusat (Anonimos, 2006). Dalam pembedahan, xylazin dapat dikombinasikan dengan obat anestesi yang lain seperti ketamin untuk mempengaruhi lama anestesi dan untuk memperoleh relaksasi otot juga meminimalisir rasa sakit.
Kombinasi dengan ketamin menyebabkan efek bius tidak terjadi secara mendadak (Anonimous, 2006). Penggunaan xylazin HCL pada hewan kecil menimbulkan efek samping seperti bradikardia dan penurunan kardiak output, muntah, tremor, penurunan motilitas intestinal dan peningkatan kontraksi uterus, selain itu juga mempengaruhi keseimbangan hormonal antara lain menghambat produksi insulin dan ADH (Sardjana dan kusumawati, 2004). Untuk menghidari efek negatif xylazin tersebut maka penting sekali diberikan atropine sulfat sebagai premedikasi (Sawyer Donald C, 1982).
Pada anjing dan kucing, xylazin dapat diberikan 1-2 mg/kg secara IM akan menimbulkan efek analgesic selama 15-30 menit dan efek seperti tidur selama 1-2 jam (Sawyer Donald C, 1982).






PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN  OPERASI
                                                     
Persiapan Operasi
            Dalam menangani kasus bedah salon(meluruskan ekor) ada beberapa hal yang herus dipersiapkan sebelum operasi dilakukan. Hal ini meliputi persiapan hewan, persiapan alat-alat dan obat-obatan, persiapan operator dan pembantu operator. Disamping itu untuk mencapai hasil yang baik juga harus diperhatikan tehnik operasi dan perawawtan pasca operasi.

Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan keadaan darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam yang bertujuan untuk menghindari dampak pemberian anastesi dan juga untuk membersihkan saluran cerna sehingga memudahkan dalam melakukan pembedahan. Hewan dimandikan dan dicukur bulu di sekitar daerah yang akan dioperasi dua jam sebelum operasi dilakukan. Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang digunakan. Premedikasi yang digunakan adalah atropine sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg bb secara subkutan. 10 (sepuluh) menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg bb, xilazin dengan dosis 2-3 mg/kg bb secara intra muscular. Setelah pemberian anastesi. Frekwensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai (Tilley dan smith,2002)
                       

Persiapan Ruangan, Alat, Bahan Serta Obat-Obatan
            Sebelum melakukan operasi, ruangan harus sudah dibersihkan, peralatan yang digunakan harus sudah steril. Bahan dan obat-obatan harus sudah tersedia.
            Peralatan bedah disterilkan dan disiapkan obat-obat yang dibutuhkan. Alat yang digunakan adalah: meja bedah, spuit 2,5 cc, scalpel, blade, arteri klem, duk klem, needle holder, gunting tumpul, runcing dan bengkok, pinset anatomis dan sirurgis, allis forcep, drapping, pemegang tampon, dan stetoskop.
            Bahan dan obat yang digunakan adalah alkohol 70 %, iodium tincture 3%, nacl fisiologis, sutera, benang nilon, kain kasa, tampon dan sarung tangan. Antibiotik (penicillin oil, penstrep 1%) vitamin b kompleks, asam manafenat, obat premedikasi (atropin sulfat), obat anastesi (lidokain).

Persiapan Operator dan Co-Operator
            Sebelum melakukan operasi, operator dan co-operator terlebih dahulu mencuci tangan dari ujung jari sampai kesiku dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air bersih, tangan dikeringakan dengan handuk steril dan didesinfektan dengan alkohol 70% kemudian operator dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus, keadaan asepsis.

TEKNIK OPERASI

Setelah teranetesi anjing ditengkurapkan (strenal recumbency) di atas meja operasi, bisa juga dimiringkan sehingga membentuk sudut 150 agar memudahkan pembedahan (Rehmel, 1979). Prinsip operasi ini adalah memotong tendo dan atau otot yang menyebabkan tendo kiri dan kanan tidak simetris. Membuat ukuran panjang tendo dengan ruas tulang ekor yang tidak proporsional menjadi proporsional, sehingga ekor akan menjadi lurus.
Sayatan kulit dilakukan dibagian dorsal ekor di beberapa tempat terutama di tempat terjadi lekukan. Sayatan biasanya dilakukan di dua sampai lima tempat (rata-rata tiga tempat) tergantung bentuk ekor yang dihadapi dan bentuk yang diinginkan. Sisihkan arteri koksigealis (kaudalis) lateralis superfisialis yang ada pada sisi ekor. Ikatlah arteri ini bila dipandang perlu dengan benang yang mudah diserap pada bagian paling kranial sayatan. Guna mencapai dan mengenali arteri ini bisa dilakukan dengan mendorong kulit ke depan dan ke bawah dan dengan hati-hati sisihkan jaringan yang ada diatasnya (Rehmel, 1979). Arteri koksigealis lateral superfisialis ini biasanya tepat berada pada sisi lateral ekor (Hickman dan Walker, 1980), namun kadang-kadang sedikit agak di bawah (Fossum et al., 1997).
Sayatan pertama di pangkal ekor, setelah sayatan di bawah kulit ditemukan tendon yang berwarna putih mengkilap, tendon yang terlihat dipotong menggunakan skalpel, bila diinginkan ekornya jatuh lurus ke bawah juga dilakukan muskulutomi di bawah tendo tersebut. Kemudian ke arah kaudal dilakukan lagi sayatan kulit dan dilakukan penarikan tendon menggunakan gunting kecil atau pinset, akan didapatkan seperti benang putih. Seterusnya dilakukan lagi sayatan di bagian kaudal ekor sesuai bentuk ekor yang diinginkan. Dengan dibuangnya tendo dorsal ekor maka akan didapatkan ekor yang tidak lagi tegak dan lemas/tidak kaku. Selesai tendotomi/muskulotomi pastikan bahwa bentuk ekor telah lurus/tidak berkelok ke kiri atau kanan. Bila masih berkelok berarti masih ada tendo yang belum terputus, bila perlu pada posisi ekor berkelok dilakukan muskulotomi.
                                                                                              















PERAWATAN PASCA OPERASI
           
            Setelah operasi selesai, daerah incisi dibersihkan dan diolesi dengan iodium tincture 3%, diatas luka yang telah dijahit ditaburkan wonder dust, kedalam daerah bekas operasi disemprotkan penicillin oil. Kemudian pasien diberikan procain penicillin g dengan dosis 4000-10.000 iu/kg berat badan secara im dan vitamin b kompleks secara im. Antibiotik dan suportif diberikan selama tiga hari berturut-turut.










DAFTAR KEPUSTAKAAN


Anonimous, 2006. Anestesi., http://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi

Anonimous, 2006.Guidelines­­_for_xylazine http://vetmed.duhs.duke.edu/ guidelines for_xylazine.htm.

Anonimous,2006.Ketamine Hydrochloride.,http://peyote.com/
jonstef/ketamine.htm

Anonimous, 2006. Ketamine - Wikipedia, the free encyclopedi.,

Barker, A. J., and H. A. Barker. 1988. Dog Breeds. Bison Book Hongkong. 

Fossum, T.W., C.S. hedlund, D.A. Hugle, A.L. Johnson, M.D. Willard, and G.L.Carroll. 1997. Small Animal Surgery. Mosby Singapore.

Getty, R. 1975 Sisson and Grossmans-The Anatomy of the Domestic Animal,

Hall, L.W. and K. W. Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia. VIII ed. ELBS & Bailliere Tindall. London.

Hickman, J., and R.G. Walker. 1980. An Atlas of Veterinary Surgery. John Wright & Son Bristol.

Ibrahim  R. 1998. Pengantar ilmu bedah veteriner. Syiah kuala university press. Banda aceh.

Omoigui, S., 1997., Buku Saku Obat-obatan Anestesia., Edisi II. EGC., Jakarta.

Rehmel, R.A. 1979. Caudectomy in Small Animal Surgery An Atlas of OperativeTechniques. Edited by W.E. Wigfield and C.A. Rawlings. W.B. Saunders.London

Sardjana, I.K.W, dan Kusumawati,D., 2004., Anastesi Veteriner Jilid I., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.

Sawyer, Donald, C., 1982., The Practice of Small Animal Anesthesia., W.B.Saunders Company. Toronto, Canada.

Sisson, S., and J.D. Grossman. 1961. The Anatomy of The Domestic Animal. W.B.Saunders. Tokyo.
Slatter,D., 2003., Text Book of Small Animal Surgery. 3rd Edition., Sounders., Philadelphia.

Swarowsky, 1990 Lexikon der Hunderassen, Bechtermunz verlag

Tilley. L. P. And smith. F. W. K. 2000. The 5-minute veterinary consult, canine and feline. Lipincoot williams and wilkins. volume 2, fifth edition. WB Saunders London.

Wardana, W. 2003. Bedah Salon : Meluruskan Ekor pada Anjing Berburu. Jvet Vol 4(2) 2003

Terima kasih telah membaca artikel tentang Meluruskan ekor anjing di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com