google-site-verification=I3gsFmhNnwraRTClYNy7Zy_HRGb_d1DkfDUi6e1xs34 SPLENECTOMI ~ Medik Veteriner Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

SPLENECTOMI


www.mahfud-vet.blogg.com

PENDAHULUAN

Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan atau kesayangan yang banyak digemari orang, karena anjing relatif mudah dipelihara. Banyak diantara anjing-anjing kesayangan tersebut mengalami gangguan penyakit (Yudi, 2010). Salah satu organ yang sering mengalami gangguan adalah limpa. Gangguan pada limpa dapat berupa torsio limpa, tumor, infark, trauma, gangguan pertumbuhan dan berbagai gangguan-gangguan lainnya (Ressang, 1984). Limpa adalah salah satu organ internal yang berada di dalam rongga abdomen (perut). Organ ini berbentuk seperti lidah dan berada tepat di bawah lambung. Konsistensi jaringan limpa mirip seperti jaringan hati (Koesharyono, 2010).
Dalam tubuh, limpa terletak di sisi kiri atas perut, di belakang perut. Fungsinya adalah untuk menyaring darah, menghilangkan bakteri, membuat dan menyimpan darah. Karena terlibat dalam begitu banyak fungsi tubuh, limpa rentan terhadap berbagai gangguan. Kondisi yang menginfeksi limpa, seperti leukemia, dapat menempatkan strain besar dan menyebabkannya limpa membesar (splenomegali). Tubuh dapat beradaptasi dengan baik untuk hidup tanpa organ ini, sehingga pengangkatan limpa yang sakit atau rusak perlu investigasi lebih lanjut (Hodge, 2010).
Splenektomi adalah sebuah metode operasi pengangkatan limpa, yang mana organ ini merupakan bagian dari system getah bening. Splenektomi biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan tertentu pada limpa (hodkin`s disease dan non-hodkin`s limfoma, limfositis kronik, hemolitik jaundice, idiopatik trombositopenia purpura, atau untuk tumor, kista dan splenomegali. Indikasi lainnya dilakukan splenektomi ialah pada keadaan luka yang tidak disengaja pada operasi gaster atau vagotomy dimana melibatkan flexura splenika di usus (Reese, 2010).
Jika limpa diangkat melalui pembedahan (splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan dari tubuh.
Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan berkurang.
Tidak lama kemudian, organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga peningkatan resiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama (Hodge, 2010).









TINJAUAN PUSTAKA 
Limpa
            Limpa merupakan organ limpoid terbesar dalam tubuh yang termasuk Retikulo Endothelial System (RES). Limpa diselubungi oleh jaringan fibro elastis dan otot licin (Ressang, 1984). Limpa mengandung sel RES yang merupakan faktor yang penting dalam sistem pertahanan tubuh. Adanya benda asing dalam limpa menimbulkan proses reaktif yang secara makroskopik terlihat sebagai bengkak limpa. Hal ini sering terjadi pada penyakit menular yang bersifat akut atau kronis. Perubahan lain pada limpa yaitu tumor, abses dan kelainan hematologis (Schrock, 1988).
Limpa merupakan organ limpoid sekunder yang sangat berperan penting pada awal kehidupan fetus. Sel mesenkim dari limpa fetus memproduksikan sel darah merah. Disamping itu limpa berperan penting dalam proses eritropoisis pada fetus, tapi biasanya bukan merupakan fungsi limpa pada anjing dewasa. Pada beberapa kasus anemia sel mesenkim sinusoidal sanggup memproduksi sel darah merah (Archibald, 1974).
            Limpa berperan sebagai tempat penyimpanan darah oleh karenanya ukuran limpa bervariasi tergantung dari jumlah darah yang ada didalamnya (Jungueiera, 1998). Limpa bersama sum-sum tulang berfungsi membentuk eritrosit, leukosit dan limfosit. Selain itu limpa bersama sum-sum tulang dan sel RES berfungsi menghancurkan eritrosit tua, memfagosit mikroorganisme yang masuk bersama darah dan berperan dalam metabolisme nitrogen yang berhubungan dengan pembentukan asam kemih (Ressang, 1984). Sekitar 10% sel darah dihasilkan oleh sum-sum tulang dalam bentuk abnormal dan limpa membuang sel darah merah yang abnormal tersebut dari sistim sirkulasi darah (Archibald, 1974).
            Limpa terletak pada sisi kiri abdomen sejajar dengan kurvatura mayor lambung dan digantung oleh ligamentum gastrosplenicum (Archibald, 1974). Susunan pembuluh darah limpa terdiri dari sinusoid-sinusoid, suplai darah terbesar terutama berasal dari arteri dan vena splenic yang bercabang-cabang memasuki limpa pada beberapa tempat sepanjang hilus dan kemudian memasuki trabekulae (Frandson, 1992).

Gambar 1. Anatomi internal tubuh anjing

Limpa mengandung 25% limfosit T dan 10-15 % limfosit B dari jumlah total populasi. Kapsul limpa terdiri dari serat otot lunak dan elastis, parenkimnya bewarna merah dan putih. Susunan pembuluh darah pada limpa terdiri dari sinusoid-sinusoid, suplai darah terbesar terutama berasal dari arteri  dan vena splenic yang memasuki limpa pada beberapa tempat sepanjang hilus dan kemudian memasuki trabekulae. Arteri splenic merupakan cabang dari arteri celiak yang  memiliki 3-5 cabang dengan diameter 2 mm yang menyuplai darah ke omentum dan limpa (Schrock, 1998).
       Ada dua penyakit umum yang mungkin memerlukan pembedahan atau pengangkatan limpa. Satu terjadi ketika tumor kanker ditemukan di dalam limpa. Tumor bisa jinak atau ganas, namun bentuk yang paling umum ditemukan tumor adalah tumor ganas disebut sebagai hemangiosarcoma.Ketika hemangiosarcoma hadir, limpa bisa tumbuh cukup besar dan menjadi meradang. Dalam beberapa kasus, limpa dapat pecah, menyebabkan shock dan pendarahan internal. Sayangnya, bentuk kanker juga dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, sejauh otak (Gittin, 2010).
            Torsi limpa merupakan penyakit yang umum terjadi. Dalam kasus torsi limpa, limpa menjadi memutar dan pembuluh darah dapat menjadi tersumbat. Hal ini menyebabkan banyak isu, dan limpa akhirnya akan menjadi membesar akibat kelebihan darah. Dalam beberapa kasus, gumpalan darah bisa terbentuk bahwa blok dari pembuluh darah, dan akhirnya limpa mati dalam tubuh (Jackson, 2009).
            Splenektomi merupakan tindakan operasi pengangkatan sebagian atau pemotongan limpa yang bertujuan memulihkan pasien pada keadaan normal dari gangguan penyakit yang tidak dapat diatasi dengan metode pengobatan. Adapun beberapa indikasi splenektomi adalah torsio limpa, tumor, infark, trauma dan gangguan pertumbuhan. Apabila limpa seekor hewan diangkat atau dipotong maka ini tidak akan mengakibatkan gangguan pada hewan tersebut. Kelenjar limfe dan sum-sum tulang belakang akan menggantikan fungsi dari limpa, sehingga hewan tersebut masih bisa bertahan hidup (Ressang, 1984). 



Anestesi
            Istilah anestesi dimunculkan pertama kali oleh Holmes yang artinya tidak ada rasa nyeri. Pada dasarnya, pemberian anestesi memang dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa hilangnya kesadaran (Sardjana, 2004). Anestesi menurut kata adalah hilangnya rasa sakit. Dalam perkembangan kemudian, hilangnya rasa sakit saja oleh pemberian obat anestesi lokal disebut analgesi (Ibrahim, 2000).
            Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Pemilihan obat anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan dan spesies hewan (Ibrahim, 2000). Pada pelaksanaan pembedahan obat anestesi umum  yang lebih  sering  dipakai  dalam  bentuk  kombinasi  dari  pada tunggal, karena pemberian  secara  tunggal  relatif   tidak diperoleh hasil yang memuaskan (Ko dkk., 2007).
Kombinasi ketamin-xylazin ini merupakan kombinasi obat anestesi yang sinergis dan kombinasi ini dapat meningkatkan kerja masing-masing obat dimana xylazin memberikan efek relaksasi otot yang baik, sedangkan ketamin memberikan efek analgesik yang kuat (Brown dkk., 1991; Bishop, 1996; Trimastuti, 2001). Ibrahim (2000) menyatakan untuk operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit juga dibutuhkan relaksasi otot yang optimal, agar operasi berlangsung lancar. Obat anestesi umum yang ideal adalah murah, mudah didapat, tidak mudah terbakar, stabil pada suhu kamar, cepat dieliminasi dan tanpa efek yang tidak diinginkan (Ganiswarna, 1995).
            Pemberian obat anestesi secara intravena tidak mengalami tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respon pasien. Disamping itu obat yang diberikan intravena tidak dapat ditarik kembali. Obat anestesi umum juga dapat diberikan secara intramuskular, namun kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorbsi, obat yang larut dalam air lebih cepat diserap dibandingkan obat yang larut dalam lemak (Ganiswarna, 1995).

















MATERI DAN METODE OPERASI

Persiapan Operasi (Tempat, Alat dan Bahan)
Pembedahan dilakukan di Laboratorium Klinik FKH UNSYIAH. Sebelum operasi dilaksanakan ruangan dan tempat operasi dibersihkan. Alat-alat  operasi yang digunakan berupa satu set mayor surgery. Alat-alat tersebut disterilkan  terlebih dahulu dengan autoclaving pada suhu 121°C selama 30 menit. Bahan yang diperlukan berupa alkohol 70 %, iodine 3 %, benang silk, catgut, SWAT, wounder dust preparat antibiotic, vitamin B-plex  dan atropine sulfat dengan dosis 0.04 mg/kg BB yang diberikan secara sub kutan. Ketamin HCl 5% dengan dosis 10 mg/kg BB dan Xylazin HCl 2 % dengan dosis 1 mg/kg BB dikombinasikan dalam satu spuit yang berfungsi sebagai anestetika umum yang diberikan secara intramuscular (Erwin, 2006). Selama berlangsung stadium anestesi, anestesiolog memonitor frekuensi denyut jantung dan pernafasan setiap 5 menit (Tilley dan Smith, 2000). 

Persiapan Pasien
            Sebelum diberikan anestetika umum, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan keadaan darah rutin dipuasakan selama 8-12 jam. Hewan dimandikan dan dilakukan pencukuran bulu pada daerah operasi. Berat badan pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang digunakan.

Persiapan Operator dan Co-operator
Sebelum melakukan operasi, operator dan co-operator terlebih dahulu mencuci tangan dari ujung sampai ke siku dengan air sabun kemudian dibilas dengan air bersih. Tangan  dikeringkan dengan handuk steril dan didesinfektan dengan alkohol 70% kemudian operator dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan asepsis tersebut tetap harus dipertahankan sampai operasi selesai.

Teknik Operasi
Pasien yang telah teranestesi diletakkan pada posisi dorsal recumbency pada meja operasi, daerah operasi didesinfeksi dengan yodium tincture 3 % secara sirkuler. Pemasangan kain drapping pada daerah operasi kecuali daerah yang dilalui pisau operasi. Incisi pertama dilakukan pada kulit sepanjang 4-6 cm pada bagian atas umbilicalis, preparer antara kulit dan fascia untuk mendapatkan linea alba. Kemudian incisi kedua pada muskulus dan peritoneum.
Setelah rongga peritoneum terbuka, cari limpa pada daerah kiri lambung dan dikeluarkan dari rongga abdomen, kemudian letakkan limpa diatas drapping. Perhatikan bagian limpa yang akan dibuang dan lakukan ligasi pada pembuluh darah yang menuju bagian limpa yang akan dibuang, kemudian baru injeksikan adrenalin. Pada bagian yang akan dipotong kapsulanya ditekan-tekan menggunakan telunjuk dan ibu jari, pasang doyen clamp melintang pada daerah yang ditekan, kemudian pasang lagi 2 doyen clamp dikiri dan kanan doyen clamp pertama. Doyen clamp ditengah dibuka, kemudian lakukan pemotongan limpa dari ujung distal doyen clamp. Jahit kapsulanya dengan benang catgut chromic. Doyen clamp yang terpasang dilepaskan, bersihkan darah dengan tampon dan masukkan limpa kembali kerongga abdomen. Lakukan penjahitan peritoneum dengan silk (simple interupted) dan muskulus dan fascia dengan benang plain catgut (simple continous). Kulit dijahit dengan benang silk dengan pola jahitan simple interupted (Hickman dan Walker, 1980). Bersihkan daerah operasi dan berikan yodium tincture 3% dan injeksikan penicillin oil kedalam luka tersebut.

Perawatan Pasca Operasi
Pasien yang telah dioperasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka operasi tersebut dijaga atau dikontrol kebersihan dan kesembuhannya diperiksa secara kontinu selama 3-5 hari dengan memberikan antibiotic. Pemberian obat-obat supportif seperti vitamin B kompleks dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Jahitan luka dapat dibuka setelah luka kering dan tepi luka telah menyatu.













PEMBAHASAN 
Pada tanggal 11 Januari 2011 telah dilakukan pembedahan pada seekor anjing lokal milik Nn. Rahma dengan nama Yoga. Anjing tersebut berjenis kelamin jantan dengan warna bulu hitam, berumur 3,5 bulan dan memiliki berat badan 4 kg.
Sebelum operasi dilakukan, alat-alat operasi disterilkan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme. Melalui sterilisasi, semua mikroorganisme akan mati, termasuk endospora yang mempunyai lapisan pelindung sehingga sukar dibunuh melalui cara lain. Efektivitas sterilisasi tergantung kepada jumlah dan jenis mikroorganisme serta jumlah dan jenis kontaminasi oleh zat lain (yang melindungi mikroorganisme tersebut) serta ada tidaknya tempat-tempat perlindungan mikroorganisme pada alat (misalnya pada alta yang bergigi) (Ibrahim, 2000).
 Anjing dimandikan dan dipuasakan selama 14 jam sebelum diberikan anestesi umum. Kira-kira 10 menit sebelum di anestesi terlebih dahulu diberikan obat premedikasi yaitu atropine sulphat 0,64 cc yang disuntikkan secara sub kutan. Premedikasi diberikan bertujuan agar hewan menjadi lebih tenang dan terkendali. Atropine sulphat merupakan antikolinergik yang paling sering digunakan, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva, mencegah bradikardi serta mengurangi motilitas gastrointestinal (Sardjana, 2004).
 Kemudian diberikan anastesi umum kombinasi ketamin 0,8 cc dengan xylazin 0,2 cc yang di gabung dalam satu spuit dan  diberikan secara intramuskulus. Ketamin merupakan analgesic yang kuat dan hipnotik ringan. Menyebabkan halusinasi dan disorientasi pasca anastesi. Terhadap system kardiovaskuler, obat ini akan menyebabkan hipertensi dan takikardi. Terhadap system pernafasan, akan menyebabkan bronkodilatasi dan meningkatkan sekresi ludah. Terhadap system metabolism akan meningkatakan kadar gula darah (Ibrahim, 2000).
Xylazin mampu mengurangi efek hipertensif, takikardi dan halusinatif ketamin serta menghasilkan relaksasi otot yang sangat baik. Xylazin dapat menyebabkan hipersalivasi dan muntah, hipotensi dan bradikardi. Karena itu, xylazin merupakan kombinasi yang baik untuk ketamin bila digunakan pada hewan kecil (Ibrahim, 2000).
 Setelah anjing teranestesi dilakukan pencukuran bulu pada daerah operasi yaitu sepanjang 4-6 cm dari atas umbilicalis. Lakukan desinfeksi daerah operasi dengan iodium tincture secara sirkuler, agar mikroorganisme yang berada ditempat operasi terseret ke tepi dan tidak tertumpuk pada daerah operasi. Lakukan pemasangan kain draping pada daerah operasi, kecuali daerah yang dilalui pisau operasi.
Incisi pertama dilakukan pada kulit, kulit dipreparir dengan gunting bengkok dan akan terlihat linea alba. Incisi kedua dilakukan pada muskulus tepat pada garis median, setelah muskulus diincisi dengan hati-hati lakukan incisi pada peritoneum. Setelah rongga peritoneum terbuka cari limpa pada daerah kiri bawah dari gastrium tepat pada curvatura mayor, kemudian limpa dikeluarkan.
Pembuluh darah arteri yang menuju bagian limpa yang akan dibuang tersebut diligasi, kemudian injeksikan adrenalin. Adrenalin bekerja pada pembuluh darah dan limpa dimana menyebabkan vasokonstriksi  sehingga darah akan keluar dari limpa melalui pembuluh vena. Perbatasan limpa yang akan dibuang ditekan dengan jari baru dilakukan pemasangan doyen clamp dan dilakukan incisi pada bagian atas doyen clamp. Buang bagian limpa tersebut dan lakukan penjahitan pada kapsula limpa menggunakan catgut cromic dengan pola simple continous. Darah pada limpa dibersihkan dengan tampon baru kemudian limpa dimasukkan kembali ke rongga abdomen.
Peritoneum dijahit dengan benang silk yang telah disterilkan dengan pola jahitan simple interupted. Muskulus dan fascia dijahit dengan benang plain catgut dengan pola jahitan simple continous dan kulit dijahit dengan benang silk dengan pola jahitan simple interupted. Adapun tujuan peritoneum dijahit dengan benang silk yaitu untuk mencegah terbukanya petitoneum, karena jika peritoneum dijahit dengan benang catgut maka dikhawatirkan luka belum sembuh, tapi benang sudah diserap dan isi rongga abdomen akan terkulai keluar. Setelah daerah operasi selesai dijahit, daerah operasi  dibersihkan dan kemudian dilakukan injeksi penicillin oil diantara luka operasi dan ditaburkan SWAT dan Wounder dust.
Perawatan pasca operasi, hewan ditempatkan pada lingkungan/kandang  yang bersih, diamati terus selama 7 hari berturut-turut, begitu juga dengan pemberian obat juga dilakukan selama 5 hari. Adapun obat-obat yang diberikan sebagai berikut:

R/        Amoxicillin                               70 mg
            Asam Mefenamat                     70 mg
            Dexamethasone                       0.25 mg
            B-plex                                     ½ tab
            m.f.pulv.dtd da in caps           No. XV
S3 dd 1 Caps
                                                                    paraf


R/        Bioplacenton Salp                   1 Tube
            Sue
                                                                                   Paraf

            Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang abnormal baik di dalam maupun pada permukaan tubuh. Syarat untuk penyembuhan luka primer adalah suatu luka yang baru, pinggir-pinggirnya dengan mudah dirapatkan untuk dijahit, atau hanya sedikit terkuak, untuk kemudian sembuh tanpa infeksi dengan jaringan parut minimal (Ibrahim, 2000). Pertautan tepi luka sebenarnya langsung terjadi sebagai respon untuk mengembalikan tubuh pada keadaaan normal, dimana terjadi regenerasi jaringan yang telah mengalami kerusakan (Darma, 1997).
            Pada hari ke 6  sampai  hari ke-7, luka mulai mengering. Luka operasi   ditangani  secara   tepat   akan   menyatu  dengan  sempurna  antara 7-14  hari (Walker, 1980). Reaksi jaringan yang ditujukan proses penyembuhan luka yang meliputi kemerahan, kebengkakan dan cairan radang sangat dipengaruhi oleh jenis luka, infeksi bakteri patogen, pola jahitan dan tentu saja nutrisi esensial yang diperlukan untuk sintesis mekanisme radang dan kekeringan luka (Hall, 1998).










KESIMPULAN 
           Splenektomi merupakan tindakan operasi pengangkatan sebagian atau pemotongan limpa yang bertujuan memulihkan pasien pada keadaan normal dari gangguan penyakit yang tidak dapat diatasi dengan metode pengobatan. Jika limpa diangkat tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan dari tubuh.
Organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga peningkatan resiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama.
Sum-sum tulang  dan kelenjar limfe akan mengambil alih fungsi limpa, sehingga hewan akan tetap hidup.









DAFTAR KEPUSTAKAAN 
Archibald, J. 1979 Canine Surgery. American Veterinary Publication. Inc. Santa Barbara, California. 
Bishop, M.Y. 1996. The Veterinary Formulary dalam Handbook of Medicines Used in Veterinary Practise. 3rd ed. London. 231.
Brown. M., T. McCarthy dan B. Bennett. 1991. Long Term Anesthesia Using A    Continuous Infusion of Guaifenesin, Ketamine and Xylazine in Cats.            Laboratory Animal Science.41: 1, 46-50.
Darma, A. 1997. Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Erwin. 2006. Efek Kombinasi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Diazepam terhadap Frekuensi Denyut Jantung dan Pernafasan pada Anjing Lokal (Canis familiaris). Skripsi: FKH UNSYIAH, Banda Aceh. 
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Diterjemahkan oleh Srigandono, D. UGM Press, Yogyakarta. 
Ganiswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 
Gittin, J. 2010. Spleen Surgery in Dogs. http://www.ehow.com/about_5366452_spleen-surgery-dogs.html
Hall, K.L. 1998. The Regulation of Wound Healing. http://www.medinfo.ufl.edu/cme/grounds/mast/intro.html.
Hodge, T.R. 2010. A Ruptured Spleen in Dogs.        http://www.ehow.com/about_6526194_ruptured-spleen-dogs.html
Ibrahim, R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala University Press, Banda Aceh. 
Jackson, D.E. and Sharyl, L.M. 2009. Splenic Torsion. http://www.aegisgsmd.com/splenic_torsion.htmls Mountain Dogsegis GreaSwiss Mountain Dogs Aegis Greater Swiss Mountain Dogs
Jungueiera, C.L., J. Carmeiro dan O. R. Kelly. 1998. Histologi Dasar. Edisi ke-8. EGC, Jakarta. 
Ko, J.C., M. Payton., A.B. Weil., T. Kitao dan T. Haydon. 2007. Comparison of Anesthetic and Cardiorespiratory Effects of Tiletamine-Zolazepam-Butorphanol and Tiletamine-Zolazepam-Butorphanol-Medetomidine in Dogs. Purdue University.West Lafayette, USA. Vet Ther. 8(2): 26-113. 
Koesharyono, C. 2010. Splenomegali (Pembengkakan Limpa) dan Penanganannya. http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=11933
Reese, C. 2010. Splenectomy in Dog.

Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. IPB, Bogor. 

Sardjana, I.K.W dan Diah K. 2004. Anastesi Veteriner. Gadjah Mada University   press, Yogyakarta.
Schrock, T. K. 1988. Ilmu Bedah (Hand Book of Surgery). Diterjemahkan oleh Adjie Darma, 9L. Petrus dan Gunawan. UGM Press, Yogyakarta. 
Tilley, P. L dan F. W. K. Smith. 2000. The Five Minutes Veterinary Consult Canine and Feline. 2nd ed. Lippicont, Philadelphia. 
Trimastuti, I.G.A.A.M,. 2001. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Gabungan Xylazin-Ketamin Hidroklorida terhadap Waktu Induksi dan Lama Kerja Anestesinya pada Anjing Lokal. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar.
Walker, R.G. and Hickman, J. 1980. An Atlas Veterinary Surgery. 2nd ed. John Wright & Son. Ltd, Philadelphia. 
Yudi,2010. Penyakit pada Anjing.





















LAMPIRAN
PROTOKOL BEDAH
Jenis Hewan    : Anjing                        Jenis Operasi               : Splenektomy
Nama Hewan   : Yoga                          Operator                      : Rahmayanti, S.kh
Jenis Kelamin  : Jantan                                    Co-Operator                 : Yusrizal Akmal, S.kh
Umur               : 3,5 Bulan                   Anastesiolog                : Dewi Sariyanti, S.kh
Berat Badan     : 4 Kg                           Cardiolog                     : Usman Fauzi, S.kh
Nama Pemilik  : Rahmayanti               Pembantu Umum         : Rafila Karmila, S.kh
                                                                                                  Rita Darsita, S.kh
                                                                                                   Nur Hafni, S.kh
 Adnan, S.kh
 Mahfud, S.kh
 Makhfuzh, S.kh
                                                                                                             
I. PREMEDIKASI
   Pemberian Atropin Sulfat dosis 0.04 mg/kg BB (SC), sediaan obat : 0,25 mg
   Dosis yang digunakan 0,64 cc

II. ANASTESI
Jenis Anastesi
Sediaan/konsentrasi
Dosis (IM)
Dosis yg digunakan
(Dosis Minimum)
Ketamin
5%
10-40 mg/kg bb
0,8 cc
Xylazin
2 %
1-3mg/kg bb
0,2 cc

III. TEKNIK OPERASI
Perlakuan

Bahan / Alat yang digunakan
1.Pencukuran  bulu daerah operasi
Silet/Scalpel
2.Desinfektan
Alkohol 70%, Iodium Tincture 3%
3.Incisi dan preparier kulit daerah 
   Linea alba  
Scalpel
4.Diincisi fascia,muskulus dan peritonium sepanjang 4-5 cm
Scalpel,Gunting tumpul
5.Dicari limpa yang melekat pada lambung
Tangan, Jari telunjuk
6.Diligasi pembuluh darah splenic dan disuntikkan adrenalin
Tangan, benang cotton, adrenalin
7.Pasang doyan clamp dan dipotong sebagian limpa, jahit kapsula limpa dengan pola kontinous
Doyan clamp, Scalpel, cut gut chromic, needle, needle holder, pinset,gunting
8.Masukkan kembali limpa dan lambung  ke dalam ruang abdomen
Tangan
9. Dijahit lapisan peritonium simple interupted, musculus dan facia dgn simple continous, kulit dgn simple interupted
silk, plain catgut, gunting, needle, needle holder, pinset
10.Desinfektan dan berikan antibiotic
Iodium Tincture 3%, penisilin oil
11.Injeksikan Vitamin sebagai obat
     Supportif
Vitamin B Komplek 0,5 cc


Perawatan Pasca Operasi :
1.      Pasien ditempatkan di kandang yang bersih dan agar luka tidak digaruk dilakukan pemasangan Elizabeth Collar.
2.      Beri makan dan minum secukupnya, pemberian obat penyembuh luka dengan teratur.
3.      Jahitan dibuka setelah luka kering dan diolesi dengan iodium tincture 3 %















PROSES OPERASI SPLENEKTOMI

1.      Tempatkan pasien posisi dorsal recumbency
2.      Desinfeksi dengan yodium tincture 3 %
3.      Insisi 4-6 cm di atas umbilikus
4.      Buka peritoneum dan cari limpa di bagian kiri lambung

5.      Keluarkan limpa



6.      ligasi pembuluh darah splenica
7.      Injeksi adrenalin

8.      Pasang doyan clamp

9.      Potong dan buang limpa
10.  Jahit kapsula limpa

11.  Jahit peritoneum
\
12.  Jahit muskulus dan fascia
13.  Jahit kulit

Terima kasih telah membaca artikel tentang SPLENECTOMI di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com