Perkawinan pada ternak sapi/kerbau tidak bisa dilakukan disembarang waktu karena ternak sapi/kerbau betina memiliki waktu tertentu untuk dapat dikawinkan atau yang disebut adanya siklus birahi. Siklus birahi pada ternak sapi/kerbau adalah sekitar 21 hari. Artinya Secara normal ternak sapi/kerbau bisa dikawinkan setelah siklus berikutnya terjadi atau 21 hari kemudian.Sudah menjadi Sunnatullah bahwa perkawinan ternak ruminansia diluar waktu birahi tidak akan terjadi kebuntingan. Namun demikian dengan adanya teknologi dibidang peternakan, siklus birahi pada ternak sapi/kerbau bisa direkayasa atau diperpendek.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk merekayasa siklus birahi pada ternak sapi dan kerbau yaitu gertak birahi dan sinkronisasi birahi.
Pelaksanaan gertak birahi maupun sinkronisasi birahi tidak perlu pengamatan birahi terlebih dahulu. Gertak birahi dilakukan dengan memeriksa ovarium apakah terdapat corpus luteum. Gertak birahi tidak menargetkan seluruh ternak yang diperiksa dengan status reproduksi normal dan tidak bunting di inseminasi dalam waktu yang bersamaan.
Sedangkan sinkronisasi birahi dilakukan perlakuan agar seluruh ternak yang diperiksa dengan status reproduksi normal serentak birahinya sehingga di inseminasi dalam waktu yang bersamaan. Sinkronisasi estrus tidak melihat apakah terdapat corpus luteum atau folikel pada ovarium, hanya memastikan alat reproduksi normal dan tidak bunting. Sinkronisasi estrus dilakukan lebih dari satu kali penyuntikan hormon. Ada beberapa hormon yang digunakan untuk sinkronisasi estrus maupun gertak birahi, diantaranya adalah hormon PGF2 alpha dan GnRH.
Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan untuk gertak birahi dan sinkronisasi estrus.
A. Penggunaan Hormon PGF2 alpha
Penggunaan hormon PGF2 alpha bisa dilakukan pada gertak birahi maupun sinkronisasi birahi. Gertak birahi dilakukan satu kali penyuntikan hormon PGF2 alpha. Penyuntikan PGF2 alpha bertujuan untuk regresi corpus luteum yang mengakibatkan terjadinya birahi. Sebelum melakukan penyuntikan hormon PGF2 alpha terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan status reproduksi. Jika pada ovarium terdapat corpus luteum maka dilakukan penyuntikan PGF2 alpha. Kemudian setelah tiga hari penyuntikan hormon PGF2 alpha maka dilakukan Inseminasi Buatan (IB).
Pelaksanaan sinkronisasi estrus menggunakan PGF2 alpha, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan status reproduksi ternak. Pemeriksaan status reproduksi hanya menentukan alat reproduksi normal dan tidak bunting, tidak melihat apakah pada ovarium terdapat corpus luteum atau folikel. Setelah dilakukan pemeriksaan reproduksi dan hasilnya alat reproduksi ternak normal dan tidak bunting maka langsung dilakukan penyuntikan hormon PGF2 alpha. Setelah 11 hari penyuntikan hormon PGF2 alpa yang pertama kemudian dilakukan penyuntikan hormon PGF2 alpha yang kedua. Tiga hari setelah penyuntikan hormon PGF2 alpha yang kedua maka dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Sinkronisasi estrus dengan penyuntikan dua kali hormon PGF2 alpha bertujuan agar ternak dapat di IB dalam waktu yang bersamaan sehingga diharapkan kelahiran anak juga dalam waktu yang hampir bersamaan.
B. Penggunaan Hormon PGF2 Alpha dan GnRH
Penyuntikan PGF2 alpha dengan GnRH terdiri dari dua metode yaitu Cosynch dan Ovsynch. Metode ini dilakukan dengan mengkombinasikan penggunaan hormon PGF2 alpha dengan gonadotropin releasing hormon (GnRH).
Metode Cosynch adalah metode sinkronisasi estrus dengan menggunakan dua jenis hormon yaitu PGF2 alpha dan GnRH, Pelaksanaan Metode Cosynch terlebih dahulu memeriksa status reproduksi ternak sapi/kerbau, jika status reproduksi normal dan tidak bunting maka dilakukan penyuntikan GnRH. Penyuntikan GnRH ini bertujuan untuk menginduksi ovulasi folikel dan menumbuhkan folikel baru. Kemudian setelah hari ke tujuh dilakukan penyuntikan PGF2 alpha, Pemberian PGF2 alpha bertujuan menurunkan konsentrasi progesteron sehingga terjadi regresi corpus luteum. Setelah dua hari penyuntikan PGF2 alpha dilakukan lagi Penyuntikan GnRH dan langsung diakukan Iseminasi Buatan (IB). Penyuntikan GnRH kedua berfungsi menginduksi ovulasi pada folikel dominan yang dibentuk hasil injeksi GnRH pertama.
Sedangkan metode ovsync hampir sama dengan metode cosynch perbedaannya pada waktu pelaksanaan inseminasi buatan. Metode ovsynch, pelaksanaan inseminasi buatan dilakukan setelah 12-16 jam penyuntikan GnRH yang kedua (Pursley et al, 1997). Kombinasi hormon PGF2 alpha dengan GnRH (metode Cosynch dan Ovsynch) diharapkan dapat menjamin terjadinya ovulasi lebih banyak dibandingkan dengan hanya menggunakan hormon PGF2 alpha. Sinkronisasi dengan metode ini menyebabkan muculnya folikel pada ovarium, terjadinya regresi corpus luteum dan terjadinya ovulasi sehingga meningkatnya jumlah kebuntingan.
DAFTAR PUSTAKA :
Pursley, J.R., Witbank, M. C, Stevenson, J.s., Ottobre, J.S., Gaverick,
H.A., and Anderson, L.L. (1997) Pregnancy rates per artifisial
insemination for Cow and heifers inseminated at a synchronized
ovulation or syncronized estrus. Journal of Dairy Science.
Samik, A. (2017) Siklus Reproduksi. Presentasi Pelatihan ATR. BIB
Singosari. Malang.
Samik, A. (2017) Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Alat Kelamin Betina
Sapi. Presentasi Pelatihan ATR. BIB Singosari. Malang
Setiadi A, M. (2019) Menajemen Kesehatan Reproduksi Div. Repdoduksi
dan Kebidanan Dept. Klinik Reproduksi & Patologi | Fak.
Kedokteran Hewan | IPB. Disampaikan pada Pelatihan Vokasi