google-site-verification=I3gsFmhNnwraRTClYNy7Zy_HRGb_d1DkfDUi6e1xs34 HARIMAU SUMATERA ~ Medik Veteriner Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

HARIMAU SUMATERA

Harimau Sumatera
(Pantera thigris sumatrae)
I. PENDAHULUAN
Pulau Sumatra di Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Pulau ini merupakan bagian dari pusat keanekaragaman hayati Sundaland “Sundaland Hotspot” di Asia Tenggara, salah satu dari 25 sumber kehidupan flora dan fauna yang paling kaya sekaligus yang paling terancam di Bumi. Pusat-pusat keanekaragaman hayati ini hanya mencakup 1,4 persen dari luas planet, tapi mempunyai 60 persen keanekaragaman spesies darat.
Pulau ini adalah rumah bagi lebih dari 10.000 spesies tumbuh-tumbuhan, kebanyakan berada di hutan-hutan dataran rendah. Juga merupakan satusatunya tempat di dunia dimana gajah, badak, harimau, macan tutul, dan orangutan dapat ditemukan di tempat yang sama. Enam belas dari 210 spesies mamalia bersifat unik pada pulau ini, termasuk orangutan Sumatra, badak Sumatra, dan harimau Sumatra.
 Harimau Sumatera tergolong dalam kerajaan hewan dalam filum kordata (bersaraf tunjang), sub-filum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas, berbulu dengan kelenjar menyusu), susunan maging (Carnivor), keluarga felidae (kucing), genus panthera, spesies tigris (harimau), sub-spesies Panthera tigris sumatrae.
Harimau dipercayai berasal daripada sejenis hewan pemangsa zaman purba yang dikenali sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun dahulu semasa zaman dinosaur di Asia Barat (Andrew Kitchener, "The Natural History of Wild Cats").  Sulur-galur harimau kemudiannya berkembang di kawasan timur Asia di China dan Siberia sebelum berpecah dua, satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah ke barat dan baratdaya menjadi harimau Caspian. Sebahagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebahagiannya ke barat sehingga ke India (Hemmer,1987)

II. PEMBAHASAN
Harimau Sumatera dipercayai terasing apabila paras laut meningkat pada 6,000 dan 12,000 tahun dahulu. Penyelidikan yang terbaru terbukti bahwa terdapat ciri-ciri harimau Sumatera yang berbeda dengan harimau tanah besar, sehingga harimau Sumatera layak dikenali sebagai spesies baru dan bukannya sekadar salah satu sub-spesies harimau. Harimau lain di tanah besar dipercayai bergerak bebas pada masa dahulu, memudahkan mereka membiak sesama sendiri. Hanya pada masa kini, kegiatan manusia menghalang pergerakkan mereka secara bebas. Penemuan ini juga memudahkan barangan yang diperbuat dari  pada anggota harimau Sumatera dikenal pasti untuk tujuan pelindungan harimau Sumatera.
Dalam spesies harimau moden, terdapat lima sub-spesies harimau dalam Genus Panthera yang masih hidup pada masa sekarang dari jumlah asal lapan sub-spesies harimau moden. Tiga sub-spesies harimau yang selebihnya telah pun dianggap pupus secara rasmi. Sub-spesies harimau yang diketahui adalah seperti berikut :-
  1. Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) - yang terdapat di kawasan hutan hujan dan padang rumput Malaysia, Kemboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
  2. Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) - yang terdapat di kawasan hutan hujan dan padang rumput Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.
  3. Harimau Cina Selatan (/amoy) (Panthera tigris amoyensis) - yang tinggal di kawasan hutan hujan dan padang rumput tengah dan barat China.
  4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) - atau juga dikenali sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Harimau Siberia tinggal di kawasan hutan hujan dan padang rumput China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Russia.
  5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) - yang tinggal hanya di kepulauan Sumatera, Indonesia
  6. Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) - yang telah pupus sekitar 1950an. Harimau Caspian ini pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan dan padang rumput Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan kawasan Asia tengah Russia.
  7. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) - yang telah pupus sekitar 1972. Harimau Jawa pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan kepulauan Jawa, Indonesia.
  8. Harimau Bali (Panthera tigris balica) - yang telah pupus sekitar 1937. Harimau Bali pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan kepulauan Bali, Indonesia.
Tiga harimau yang sudah punah ialah harimau bali (P.t. balica), yang dinyatakan punah tahun 1940-an. Harimau Jawa (P.t. sondaica) dinyatakan punah tahun 1980-an, dan harimau kaspian (P.t. virgata) dinyatakan punah tahun 1970-an
Harimau Sumatera atau Panthera tigris sumatrae, hanya terdapat kepulauan Sumatera. Harimau Sumatera menghuni di hutan tanah rendah, hutan bergunung dan separuh bergunung, dan di hutan paya gambut di kepulauan Sumatera. Dianggarkan hanya terdapat 400 hingga 500 ekor harimau sub spesies Panthera tigris sumatra yang masih hidup liar di dalam lima taman negara Indonesia di pulau Sumatera, dan terdapat juga lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di dalam zoo seluruh dunia.
Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap antara semua sub-spesies harimau. Jalur hitamnya lebar dan dekat-dekat dan kadang kala berganda. Harimau Sumatera berbeza dengan harimau Siberian oleh kaki hadapan yang berbelang. Harimau Sumatera merupakan harimau terkecil dalam sub-spesies harimau. Harimau Sumatera jantan mempunyai panjang purata 2.4 meter (8 kaki) dari kepala hingga ke hujung ekor dengan berat purata 120 kilogram (264 paun) dengan ketinggian 90 sentimeter. Harimau Sumatera betina pula berukuran 2.2 meter (7 kaki) panjang dengan berat 900 (198 paun).
Tempo bunting harimau Sumatera adalah di antara 102 sehingga 112 hari. Jumlah anak yang dilahirkan antara 1 hingga 6 ekor, tetapi kebiasaannya hanya 2 ekor yang hidup sehingga dewasa. Anak harimau biasanya menyusu selama 2 bulan pertama dan akan ditinggalkan ketika ibunya memburu. Anak harimau terancam oleh haiwan pemangsa termasuk harimau lain ketika mereka ditinggalkan semasa ibu harimau keluar memburu. Oleh itu ibu harimau kerap memindahkan anak-anaknya ketempat yang lebih selamat. Anak harimau akan mengikuti ibunya memburu ketika berusia dua bulan, dan berhenti menyusu apabila berusia enam bulan. Anak harimau bergantung kepada ibunya sehingga berusia 18 bulan.
Harimau Sumatera pada kebiasaannya memburu rusa, kijang, kancil, babi liar, ikan, monyet, landak, dan termasuk semua jenis burung. Harimau Sumatera juga mampu berenang dan memanjat pokok ketika memburu mangsa. Kawasan perburuan harimau Sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi dianggarkan bahawa 4-5 harimau Sumatera dewasa memerlukan kawasan seluas 100 kilometer (39 batu) persegi di kawasan tanah rendah dengan jumlah haiwan buruan optima (tidak diburu oleh manusia). Bagi kawasan berbukit-bukau dan bergunung ganang, kawasan yang lebih luas diperlukan disebabkan jumlah haiwan perburuan yang kurang bagi jumlah kawasan yang sama luas. Pencerobohan kawasan yang dihuni oleh harimau Sumatera yang disebabkan oleh pembangunan, dan pertanian menyebabkan kewujupan harimau Sumatera semakin tertekan.Walaupun harimau dianggap sebagai haiwan yang perkasa dan menjadi lambang kegagahan dan keberanian, kesemua spesies harimau kini berhadapan dengan ancaman untuk terus hidup. Sekiranya tidak ada sesiapa yang bertindak untuk menyelamatkan mereka, harimau Sumatera akan tinggal nama sahaja dimasa akan datang.
Pihak berkuasa Indonesia telahpun mengorak langkah untuk mengekalkan sub-spesies harimau Sumatera dan Persatuan Taman Zoologi Indonesia (PKBSI) telah berganding bahu dengan Strategi Pengekalan Harimau Sejagat selama tiga tahun untuk mendirikan program pengekalan sub-spesies harimau Sumatera Daripada populasi awal 37 ekor harimau Sumatera liar yang ditangkap terdapat 65 harimau Sumatera di zoo Indonesia, 55 di zoo Amerika  , 100 di Zoo eropah, dan 12 di zoo Australia.
Pelan Induk Harimau Sumatera Indonesia berpotensi untuk meneruskan pengekalan harimau Sumatera dengan mengekalkan kepelbagaian gen untuk membantu populasi harimau Sumatera liar dan di zoo membiak. Program ini menjadi contoh ikut program penangkalan harimau di Asia Tenggara.
Data dari penelitian-penelitian sebelumnya, apakah itu data analisis genetika maupun studi fisiologis seperti pola belang, warna, maupun ukuran tubuh, tidak cukup untuk memisahkan kelima subspesies yang masih ada sebagai spesies berbeda.

Studi genetika paling baru yang dilakukan oleh tim ilmuwan genetika pimpinan Dr Joel Cracaft kurator American Museum of Natural History, Departement of Ornithology, menyimpulkan harimau sumatera bisa dikategorikan sebagai spesies terpisah dari harimau lainnya, ungkap siaran pers American Museum of Natural History hari Rabu (10/6).Hasil studi yang didukung oleh Lewis B and Dorothy Cullman Program for Molecular Systematics Studies bersama dengan The New York Botanical Garden dan American Museum of Natural History, itu dipublikasikan dalam animal conservation edisi terakhir. Hasil studi itu akan berdampak nyata pada usaha pelestarian harimau.

Para ilmuwan biologi molekuler menganalisis DNA mitokondria dari sampel darah 34 harimau peliharaan kebun binatang yang mewakili semua jenis harimau, kecuali harimau amoy yang hidup di Cina Selatan dan satu singa untuk perbandingan.
Hasil Sekuensi DNA mitokondria darah menunjukkan harimau sumatera memiliki tiga petanda (marker) genetika unik yang tidak ditemukan pada jenis harimau lainnya. Perbedaan itu mendukung interpretasi harimau sumatera adalah spesies terpisah dan semua harimau lainnya di daratan benua Asia bisa dikelompokkan menjadi satu spesies tunggal.
           Hasil penelitian itu juga mendukung hipotesis harimau sumatera secara geografik terisolasi ketika Pulau Sumatera terpotong dari daratan benua dengan naiknya permukaan air laut antara 6.000 - 12.000 tahun lalu dan isolasi menjadikan harimau sumatera berbeda dibandingkan saudaranya di daratan benua. Divergensi genetika itu sudah diketahui terjadi pada badak sumatera yang terpisah dari populasi badak di daratan benua.

         Walaupun empat kelompok harimau di daratan benua saat ini terisolasi secara geografis satu dengan lainnya karena perusakan habitat oleh manusia, padahal sebelumnya wilayah jelajah keempat jenis harimau ini tidak terputus. Habitat yang tidak terpecah-pecah secara geografis itu memungkinkan terjadinya perkawinan silang dan mencegahnya berkembang menjadi spesies terpisah
Memang semua jenis harimau yang masih hidup di alam saat ini terancam punah, termasuk harimau sumatera walaupun pembiakan di kebun binatang maupun lembaga lainnya dinilai cukup berhasil. Temuan baru harimau sumatera sebagai spesies harimau tersendiri yang unik membuat peningkatan usaha konservasi harimau sumatera, semakin mendesak baik yang masih hidup di hutan maupun yang di kebun binatang di seluruh dunia.
       Saat ini diperkirakan harimau sumatera di alam masih tersisa 400-500 ekor dan kurang lebih 235 ekor ada di luar habitatnya. Harimau Sumatera termasuk jenis harimau dengan ukuran tubuh paling kecil di dunia.
Harimau sumatera jantan panjangnya antara 2,1-2,4 meter dan beratnya antara 99-139 kilogram. Bandingkan dengan harimau siberia, jenis harimau paling besar, panjangnya antara 2,7-5,1 meter dan berat antara 189-304 kilogram.
         Kemampuan untuk menentukan harimau sumatera secara genetika menjadi penting dalam program pembiakan yang dirancang untuk memaksimumkan pelestarian keanekaan genetika binatang ini. Selain itu peraturan mengenai perdagangan ilegal harimau juga ditingkatkan dengan adanya temuan ini karena penggunaan petanda genetika baru itu memungkinkan untuk identifikasi produk harimau sumatera.
(sur/awe).
            Harimau Sumatera merupakan satwa yang terancam punah, hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan diperkirakan populasinya tinggal 450 - 500 ekor. Dalam upaya penyelamatan harimau sumatera Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera







Klasifikasi Harimau Sumatra
Klasifikasi
Bangsa Carnivora, Suku Felidae
Deskripsi
Panjang badan mencapai 2,5 m, tinggi 90 cm, berat badan 250 kg. Berwarna kuning kecoklatan dengan loreng-loreng hitam yang tersusun rapat dan terdapat dari kepala sampai kakinya. Badannya ditutupi bulu-bulu, dan pada bagian pipi serta tengkuk terdapat rambut-rambut pendek. Ekor juga loreng dengan panjang antara 60-95 cm.
Asal
Jambi, Sumatera.
Habitat
Pantai berawa payau dan tawar, dataran rendah atau perbukitan dengan tipe vegetasi hutan primer, sekunder, padang rumput, lahan perkebunan atau pertanian.
Penyebaran
Sumatera
Populasi
Langka (sekitar 200 ekor).
Reproduksi
Masa hamil 102-112 hari, dengan jumlah anak antara 1-6 ekor yang hidup biasanya hanya 2 ekor saja.
Perilaku
Hidup secara soliter. Makanannya babi hutan, rusa, kijang, kancil, monyet, landak dan berbagai jenis burung. Dalam mencari mangsanya harimau melakukan penjelajahan dengan kondisi ideal jelajah mencapai 100 km2. Harimau juga pandai berenang dan dapat naik pohon.
Upaya konservasi
Secara ex-situ (di habitat asli) di Taman Nasional dan ex-situ (diluar habitat asli) di Taman Safari dan kebun binatang.
Perlindungan
SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 Tanggal 26 Agustus, UU No. 5 Tahun 1990. Dilindungi juga secara internasional oleh IUCN (Badan Internasional Pelestarian Alam dan Sumberdaya Alam) tercatat dalam Daftar Merah Jenis-jenis yang dilindungi.

.


Perlindungan dan Konservasi Harimau Sumatra di Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat adalah salah satu taman nasional terbesar di Asia, dan suatu pusat keanekaragaman hayati yang terkenal di dunia. Di samping itu TNKS dan hutan di sekitarnya telah diidentifikasi sebagai satu dari lima kawasan yang paling penting di dunia untuk kelangsungan hidup jangka panjang harimau-harimau di alam bebas.








            Pada tahun 1994, dalam suatu lokakarya mengenai Analisis, Populasi, Habitat dan Analisis Viabilitas di Padang, ibukota Sumatera Barat, para peneliti   memperkirakan bahwa  harimau Sumatera yang masih bertahan di alam bebas antara 400-600 ekor, telah berkurang dari sekitar 10.00 ekor di tahun 1990. Mereka merasa bahwa populasi harimau di TNKS kemungkinan hanya 76 ekor.     
Kenyataannya, berdasarkan lima tahun survey lapangan Fauna & Flora International di TNKS, perkiraan tahun 1994, pada saat itu, terlalu rendah dari yang semestinya (perkiraan yang terlalu rendah serupa itu juga terjadi di Taman Nasional Way Kambas di Sumatera Bagian Selatan).  Sayangnya, sekarang tidak mudah untuk membuat perkiraan yang akurat mengenai populasi harimau yang ada saat ini di TNKS yang disebabkan faktor yang tidak mungkin untuk dihitung – yaitu perburuan liar harimau Sumatera dan spesies mangsa yang tanpa keberadaannya harimau tidak dapat bertahan hidup.   Perburuan liar harimau adalah sebuah fenomena yang baru terjadi akhir-akhir ini di daerah TNKS. Pasar gelap kulit dan tulang harimau secara umum dikendalikan dan didanai oleh pihak luar-tidak ada tradisi perburuan harimau untuk kulitnya di Sumatera Bagian Barat, dan harimau tersebut dipuja sebagai roh nenek moyang oleh banyak masyarakat yang tinggal di tepi hutan. 
Tapi waktu berubah, Akhir-akhir ini Balai TNKS dan aktivis konservasi setempat mulai mendapatkan laporan yang mengkhawatirkan tentang peningkatan perburuan harimau di sejumlah daerah di sekitar kawasan TNKS.  Pada awal 1999 TNKS dan FFI mulai berkerja sama dalam pembentukan sebuah Unit Khusus Perlindungan Harimau. Misi utama proyek ini adalah untuk melindungi harimau, spesies mangsa harimau, dan habitat harimau dan untuk mengidentifikasi dan mengadili pemburu harimau dan penadah.  Proyek tersebut memulai operasional pada Bulan Mei 2000 berkat adanya dukungan yang besar dari sejumlah yayasan konservasi internasional dan individu, khususnya National Fish and Wildlife Foundation (Exxon Save the Tiger Fund), 21st Century Tiger (Zoological Society of London) dan (dukungan kendaraan roda empat dan sepeda motor) dari International Union for the Conservation of Nature dan WWF Tiger Emergency Fund dan donor swasta. 
Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau beroperasi di bawah komando bersama Kepala Balai TNKS, dan Polhut yang termasuk Polhut TNKS dan penduduk setempat dari masyarakat di tepi hutan.  Staf Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau diseleksi, tidak berdasarkan senioritas atau kualifikasi akademik tapi dari kesehatan fisik, motivasi, dan keahlian kehutanan yang menonjol. Semua yang mempunyai pengalaman yang panjang pada habitat harimau dan mempunyai perhatian yang besar terhadap hutan hujan dan predator yang perkasa yang mereka ingin lindungi. 
Tim Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau mengkoordinasikan operasional dengan Polhut TNKS melalui Pelaksana, Dwi Sutantohadi yang dahulunya Proyek Perlindungan Badak Sumatera, dan Kepala Unit, Alip Tantun Hartana. Tim FFI Kerinci memberikan dukungan ilmiah dan data tentang habitat harimau yang penting (kritis) dan tingkah lakunya, dan sedang bekerja dengan dan melatih tim tersebut mengenai pengumpulan data harimau dan keanekaragaman hayati secara umum di TNKS.  Tim tersebut menggabungkan dua kegiatan, yaitu: pengumpulan (data) intelejen secara tersamar di kota-kota dan desa-desa di sekitar hutan TNKS dengan patroli oleh tim yang terdiri-dari 3 atau 4 Polhut pada daerah yang beresiko karena perburuan atau sebelumnya teridentifikasi sebagai habitat harimau yang sangat penting. 
Karena tingkat yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini dari perburuan harimau Sumatera di awasi, maka tim tersebut berharap mampu untuk bergerak ke arah sebuah program monitoring yang lebih berorientasi konservasi dengan harapan bahwa, setelah aman, komunitas harimau akan meningkat lagi. Dana, juga, sedang dicari untuk program pendidikan untuk menjelaskan kepada penduduk setempat mengapa harimau harus dilindungi dan hukuman bagi yang memburu mereka. 
Saat ini Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau dalam keadaan sangat waspada karena informasi yang dikumpulkan oleh anggota tim yang bekerja dengan menyamar menunjukkan  bahwa lebih dari 20 harimau Sumatera telah diburu dari TNKS dan hutan di sekitar TNKS pada sembilan bulan pertama tahun 2000 dijerat, ditembak atau diracuni untuk diambil kulit dan tulang mereka dan kemudian dengan rahasia dijual kepada penadah profesional di kota kecil dan kota besar di sekitar TNKS. 
Tapi Tim Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau tersebut tidak hanya mengumpulkan informasi mengenai harimau yang tertangkap. Pada banyak kasus identitas dari pemburu-dan penadah yang mendanai pekerjaan mereka-sekarang telah diketahui. Tim Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau bertekad untuk membawa orang-orang ini ke pengadilan. Pemburu Harimau ini sekarang dipenjara setelah ditangkap oleh TPCU
Seorang pemburu harimau telah ditangkap dan dihukum ke penjara setelah sebuah operasi penyamaran oleh tim Unit Perlindungan dan Konservasi Harimau, dan tim tersebut juga bekerja dengan polisi dan pejabat perlindungan alam di kota-kota di sekitar TNKS untuk mengumpulkan barang bukti melawan lima penadah dan 18 orang tersangka atau dikenal sebagai pemburu harimau yang teridentifikas oleh tim tersebut. 














Daftar Pustaka


Anonymuos www.cepf.net 1919 M STREET, NW, WASHINGTON, DC 20036, USA




 
















Terima kasih telah membaca artikel tentang HARIMAU SUMATERA di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

1 komentar :

Artikelnya keren, memberi banyak manfaat..
Ditunggu Artikel terbarunya ya :)

Salam dari pemainayam - Edukasi tentang ayam !

Balas