Hipofungsi ovaria. Hipofungsi ovaria adalah suatu keadaan dimana ovarium kurang berfungsi yang ditandai dengan tidak munculnya birahi (anestrus) dan umumnya sering terjadi pada sapi setelah beranak atau sapi dara yang kondisi tubuhnya rendah atau sapi-sapi yang kurus. Ovarium atau indung telur sapi yang mengalami hipofungsi ovaria pada umumnya tidak berkembang, pat palpasi per rektal akan teraba licin dan pipih. Penyebab hipofungsi ovaria karena adanya gangguan hormon, yaitu terjadi penurunan sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) oleh hipothalamus, diikuti menurunnya hormon kekurangan pakan baik kualitas dan kuantitas (kurus, skor kondisi tubuh kurang dari 2.5), keseimbangan nutrisi yang jelek, menderita penyakit akut dan kronis seperti cacingan, iklim yang tidak serasi dengan kehidupan ternak seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu panas. Kejadian hipofungsi ovaria akan sembuh setelah ada perbaikan pakan. Untuk mempercepat kesembuhan hipofungsi ovaria, selain perbaikan pakan sebaiknya diberi vitamin yang mengadung vitamin ADE dan mineral, ini akan mempercepat aktifitas ovaria. Pemberian GnRH dapat dilakukan jika SKT sudah memenuhi syarat.
Repeat breeding. Reapeat breeding adalah sapi yang mempunyai siklus estrus normal dan sudah dikawinkan lebih dari tiga kali namun belum bunting. Penyebab dasarnya adalah karena kegagalan fertilisasi dan kematian embrio dini. Repeat breeding sebetulnya bukan merupakan suatu kasus, tapi suatu gejala dari suatu kasus. Kasus-kasus dilapangan yang ditandai dengan adanya repeat breeding adalah endometritis subklinis, delayed ovulation, sista korpora luteal, anovulation dan defisiensi luteal. Kemampuan dokter hewan dilapangan utnuk menentukan kasus-kasus tersebut sangatlah penting agar terapi yang dilakukan bisa lebih tepat. Kesalahan dalam menentukan diagnosa dengan gejala repeat breeding dapat mengacaukan terapi yang diberikan sehingga hasilnya tidak maksimal. Pada umumnya, dokter hewan dilapangan memberi terapi repeat breeding dengan antiseptik (iodin povidon) atau antibiotik, dan ini hanya akan memberi hasil kesembuhan (bunting) sekitar 20%. Kalau dikombinasi dengan hormon GnRH, tingkat kebuntingan bisa mencapai 60%.
Korpus luteum persisten (CLP). Korpus luteum persisten adalah suatu keadaan korpus luteum tetap ada (persisten) dalam jangka waktu yang lama, disebabkan adanya gangguan terhadap produksi dan pelepasan prostaglandin dari endometrium yang ditandai dengan anestus (sapi tidak menunjukan birahi). Korpus luteum persisten sebetulnya merupakan suatu gejala dari adanya gangguan pada endometrium (uterus) dan bukan merupakan kasus gangguan reproduksi. Gangguan reproduksi yang ditandai dengan adanya CLP dapat berupa endometritis klinis, piometra, mummifikasi, dan maserasi fetus. Terapi untuk mengatasi adanya CLP adalah tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan karena maserasi fetus, penanganan yang paling baik adalah dengan operasi. Pada umumnya terapi CLP adalah dengan injeksi prostaglandin dan idealnya dikombinasi dengam pemberian iodin povidon 1%.
Silent heat. Silent heat adalah suatu keadaan sapi yang tidak menunjukkan gejala estrus yang jelas dan jika dilakukan palpasi perrektal teraba ada aktifitas ovarium seperti adanya korpus luteum atau folikel. Peternak tidak akan pernah mengetauhinya jika sapi miliknya sedang dalam keadaan estrus. Seorang dokter hewan yang sudah pengalaman akan dengan mudah menentukan silent heat, yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara rektal. Terapi silent heat tergantung pada hasil pemeriksaan. Jika ditemukan ada korpus luteum, sebaiknya langsung diinjeksi prostaglandin. Pemberian mineral, vitamin ADE dan hormon GnRH akan mempercepat kesembuhan silent heat.
Delayed puberty. Keterlambatan dewasa kelamin (delayed puberty) adalah suatu keadaan sapi belum mengalami dewasa kelamin (belum pernah estrus) walau umurnya sudah mencapai lebih dari dua tahun, yang ditandai (palpasi perektal) tidak adanya aktifitas ovarium. Kejadian keterlambatan dewasa kelamin dilapangan cukup tinggi dan penyebab utamanya adalah kekurangan nutrisi. Pada daerah tertentu, faktor inbreeding (model peternakan semi intensif dan lepas dipadangan) mungkin sangat berpengaruh. Secara palpasi per-rektal, ciri utama dari delayed pubertas adalah ovarium belum aktif, dan ukurannya lebih kecil. Pemberian pakan yang baik dan vitamin ADEK dapat membantu mempercepat dewasa kelamin.
Endometritis. Endometritis adalah infeksi endometrium dan merupakan peradangan uterus yang paling ringan. Endometritis dapat merupakan lesi primer atau kondisinya berkembang secara cepat menjadi peradangan uterus yang lebih berat. Uterus sapi biasanya terkontaminasi dengan berbagai mikroorganisme selama masa puerperium atau masa nifas. Bakteria disingkirkan dari lumen uterus selama minggu-minggu pertama setelah beranak oleh proses fagositosis yang prosesnya dipacu oleh estrogen dan dihambat oleh progesteron. Penyebab utama kejadian edometritis adalah mikroba yang masuk akibat perlakuan IB yang tidak legeartis dan perawatan post partum yang tidak benar. Gejala yang muncul diawali keluarnya leleran yang berbau busuk dan sapi tidak menunjukan estrus. Terapinya tergantung tingkat keparahan dan agen penyebab infeksi.