KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas
ridho-Nya sehingga buku petunjuk teknis (juknis) tentang
Teknologi Budidaya Padi Jajar Legowo Super ini dapat diselesaikan oleh tim penulis.
Juknis
ini berisikan panduan atau acuan
penerapan paket teknologi budidaya jajar legowo (jarwo) super meliputi
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, penerapan
pupuk hayati (agrimeth), persemaian system dapog, penyiapan lahan, penerapan pupuk organik , penanaman menggunakan mesin tanam jarwo atau secara manual, penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan
anorganik, pengendalian hama dan penyakit terpadu, panen dan pasca panen.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan selama penyusunan ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Semoga teknologi
budidaya padi jajar legowo super ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya
bagi insan pertanian.
Mutiara, 2021
Penulis
M.Husin
Nip.19671231
201406 1 039
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan
merupakan kebutuhan pokok dan komoditas paling strategis
dalam kehidupan manusia.Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan
akan terjadinya keadaan
“rawan pangan” di masa yang
akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya
tingkat pendidikan dan kesejah teraan
masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi
per-kapita untuk berbagai
jenis pangan, akibatnya
Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk
yang masih cukup tinggi.
Untuk
memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam
negeri, telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2018 sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan
yang harus dihadapi
untuk mencapai sasaran
produksi tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan berbagai upaya peningkatan
produksi yang luar biasa (Dirjen Tanaman Pangan, 2018)
Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2018-
2020 masih
menempatkan sektor pertanian
menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan
dalam kontribusi sektor pertanian sebagai
penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa
negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan
bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Bahan
pangan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis, diantaranya beras,
jagung, ketela, ubi-ubian dan sagu. Beras merupakan
kebutuhan pangan pokok bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia
(Pusdatin, 2014). Beras yang berasal
dari padi
merupakan sumber pangan utama penduduk Indonesia, yang sebagian besar dibudidayakan sebagai
padi sawah. Kegiatan
dalam bercocok tanam padi secara umum meliputi
pembibitan,persiapan lahan, pemindahan bibit atau tanam, pemupukan,
pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pengendalian hama danpenyakit) dan panen.
Dewasa ini telah diperkenalkan
berbagai teknologi budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (tabela), sistem
tanam tanpa olah tanah (TOT), maupun sistem tanam Jajar Legowo
(Legowo). Pengenalan dan
penggunaan sistem tanam tersebut disamping untuk mendapatkan pertumbuhantanaman yang optimal
juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Terkait kontribusi dalam penyedia bahan pangan, diperlukan strategi dalam peningkatan produksi yang dapat
ditempuh melalui
peningkatan produktivitas (intensifikasi) serta upaya-upaya peningkatan luas tanam, baik melalui peningkatan Indeks
Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan
baku sawah. Tersedianya berbagai
inovasi dan teknologi
hasil-hasil penelitian Balitbangtan yang belum secara optimal diimp
lementasikan di tingkat petani menjadi peluang dalam peningkatan produksi pangan khususnya padi. Salah satu terobosan inovasi
teknologi yang dapat mendongkrak peningkatan produktivitas padi adalah
Jajar Legowo (Jarwo) Super.
Maksud dan Tujuan
petunjuk teknis ini disusun
bertujuan agar petani/pengguna teknologi memahami
informasi teknologi jarwo super padi
Hasil yang Diharapkan
Perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani untuk mengadopsi teknologi
jarwo super padi yang diintroduksikan.
Manfaat
Buku petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi petani dalam menerapkan teknologi budidaya jarwo
super padi.
I.TEKNOLOGI BUDIDAYA
PADI JARWO SUPER
A.
Komponen Teknologi
dan Teknik Budidaya
1.Varietas Unggul
dan Benih Bermutu
Varietas
unggul merupakan salah satu komponen utama teknologi
yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.
Pemerintahtelah melepas ratusan
varietas unggul padi, sehingga petani dapat
lebih leluasa memilih varietas yang sesuai dengan teknik budidaya dan kondisi lingkungan setempat.
Benih bermutu
adalah benih dengan tingkat kemurnian dan vigor yang tinggi. Benih
varietas unggul berperan tidak hanya
sebagai pengantar teknologi tetapi juga
menentukan potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas gabah yang akan dihasilkan, dan efisiensi produksi.
Penggunaan benih bersertifikat atau benih dengan vigor tinggi menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran
lebih banyak, sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan merata.
1. Penerapan Pupuk
Hayati (Agrimeth)
Pupuk
hayati merupakan pupuk berbasis mikroba non-patogenik yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan
tanah melalui beberapa
aktivitas yang dihasilkan oleh mikroba tersebut,
diantaranya menambat nitrogen, melarutkan fosfat yang sukar larut dan menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh
tanaman).
Selain mengandung mikroba penambat N dan pelarut
P, pupuk hayati Agrimeth juga mengandung mikroba yang memiliki aktivitas enzimatik
serta fitohormon yang telah teruji
berpengaruh positif terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, pematahan
dormansi, meningkatkan vigor dan viabilitas benih, efisiensi
penggunaan pupuk NPK anorganik
dan produktivitas tanaman.
Pupuk hayati Agrimeth diaplikasikan hanya satu kali,
yakni pada saat benih akan disemai, dengan cara sebagai
berikut:
a.
Benih padi yang telah direndam dan
diperam selama 24 jam, kemudian ditiriskan (kondisi lembab) kemudian dicampur dengan pupuk hayati.
b.
Pencampuran benih dengan pupuk hayati
dilakukan di tempat yang teduh.
c. Benih
padi yang telah dicampur pupuk hayati segera
disemai. Upayakan tidak ditunda lebih dari 3 jam dan tidak terkena paparan
sinar matahar I agar tidak mematikan mikroba
yang telah melekat
pada permukaan benih.
d.
Sisa pupuk hayati yang tidak melekat
pada benih padi disebarkan di persemaian.
e.
Benih yang telah terselimuti pupuk
hayati disebar di persemaian pada kondisi tidak hujan.
2. Penyemaian
Dalam
teknologi Jajar Legowo Super, dianjurkan menggunakan persemaian system dapog karena bibit ditanam
menggunakan alat tanam mesin jarwo transplanter.
Persemaian
dengan system dapog diawali dengan perendaman
dan pemeraman benih padi masing- masing selama 24 jam kemudian
ditiriskan,lalubenih dicampur dengan pupuk hayati
dengan takaran 500 gram/25kg benih,
atau setara untuk 1 ha lahan. Benih disebar pada media dalam kotak dapog berukuran18 cm x 56 cm dengan jumlah benih
sekitar 100-125 gram/kotak.
Dapog juga dapat dibuat secara in situ menggunakan plastic
lembaran dengan media tanam yang terdiri
atas campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 3:2.
Pada
saat bibit berumur14-17 hari setelah semai (HSS), atau tanaman sudah tumbuh dengan
tinggi 10-15 cm dan memiliki
2-3 helai daun, bibit dari persemaian
1. Perataan
tanah menggunakan garu atau papan yang ditarik
tangan, sisa gulma dibuang, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang.
Olah Tanah Kering
Olah tanah kering menggunakan traktor roda empat yang dilengkapi dengan bajak
piringan (disk plow) dan garu piringan(diskharrow). Tahapan penyiapan lahan dengan cara kering adalah tanah dibajak sedalam 20 cm, kemudian digaru untuk menghancurkan
bongkahan tanah dan diratakan
pada saat air tersedia.
5. Penerapan Pupuk Organik (Biodekomposer)
Biode komposer
adalah komponen teknologi
perombak bahan organik,
diaplikasikan 2-4kg/ha untuk mendekomposisi
2-4ton jerami segar yang dicampur secara merata dengan 400 liter air bersih.
Setelah itu larutan
biodekomposer disiramkan secara
merata pada tunggul dan jerami
pada petakan sawah, kemudian digelebeg dengan
traktor, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang
minimal 7 hari.
Penanaman secara manual dilakukan
dengan bantuan caplak.
Pencaplakan dilakukan untuk
membuat “tanda” jarak tanam yang seragam dan teratur. Ukuran caplak menentukan jarak tanam dan populasi tanaman persatuan luas. Jarak antar baris dibuat 25 cm, kemudian antar dua
barisan dikosongkan 50cm. Jarak tanam dalam barisan dibuat sama dengan
setengah jarak tanam antarbaris (12,5
cm). Tanam dengan cara manual menggunakan
bibit muda (umur 15-18 hari setelah sebar), ditanam 2-3 batang
per rumpun.
Biodekomposer M-Dec mampu mempercepat pengomposan
jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3-4 minggu. Pengomposan jerami dengan aplikasi
biodekomposer mempercepat residu organic menjadi bahan organik tanah dan membantu meningkatkan
ketersediaan hara NPK di dalam tanah,
sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan dan menekan perkembangan penyakit tular tanah.
Catatan:
- Bila
seluruh jerami dikembalikan kedalam tanah maka diperkirakan terdapat
4-5 ton jerami/ha, sehingga
dibutuhkan 4-5kg biodekomposer
6. Tanam
Kerapatan tanam merupakan salah satu komponen penting dalam teknologi
budidaya untuk memanipulasi tanaman dan mengoptimalkan
hasil. Sistem tanam jajar legowo 2:1
merupakan sistem tanam pindah antara dua barisan tanaman
terdapat lorong kosong memanjang
sejajar dengan barisan tanaman dan dalam barisan
menjadi setengah jarak tanam antar baris. Sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk peningkatan populasi tanaman persatuan luas, perluasan pengaruh
tanaman pinggir dan mempermudah pemeliharaan tanaman.
Penerapan
system tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25cmx12,5cmx50cm meningkatkan populasi tanaman menjadi
213.333 rumpun/ha atau meningkat 33,3% dibandingkan dengan system tanam tegel 25cmx25cm dengan populasi160.000 rumpun perha.
Penanaman dapat menggunakan mesin tanam jarwo transplanter atau secara manual. Kondisi air pada saat tanam
macak-macak untuk menghindari selip roda dan memudahkan
pelepasan bibit dari alat tanam. Jika diperlukan
Penanaman secara manual dilakukan
dengan bantuan caplak.
Pencaplakan dilakukan untuk
membuat “tanda” jarak tanam yang seragam dan teratur. Ukuran caplak menentukan jarak tanam dan populasi tanaman persatuan luas. Jarak antar baris dibuat 25 cm, kemudian antar dua
barisan dikosongkan 50cm. Jarak tanam dalam barisan dibuat sama dengan
setengah jarak tanam antarbaris (12,5
cm). Tanam dengan cara manual menggunakan
bibit muda (umur 15-18 hari setelah sebar), ditanam 2-3 batang
per rumpun.
7. Penyulaman
Jumlah rumpun tanaman optimal
menghasilkan lebih banyak
malai persatuan luas dan berperan
besar untuk mendapatkan target hasil lebih tinggi. Pertumbuhan tanaman
sehat dan seragam
akan mempercepat penutupan
muka tanah, dapat memperlambat pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit.
Apabila
terjadi kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT maupun faktor lain, maka dilakukan penyulaman
untuk mempertahankan populasi tanaman
pada tingkat optimal.
Penyulaman harus selesai
2 minggu setelah tanam (MST), atau sebelum pemupukan
dasar.
8. Pengairan
Tata kelola air berhubungan langsung dengan penguapan
air tanah dan tanaman, sekaligus
untuk mengurangi dampak
kekeringan. Pengelolaan air dimulai dari
pembuatan saluran pemasukan dan pembuangan.
Tinggi muka air 3- 5 cm harus dipertahankan mulai dari
pertengahan pembentukan anakan hingga satu minggu menjelang panen untuk mendukung periode
pertumbuhan aktif tanaman. Saat
pemupukan, kondisi air dalam macak- macak.
9. Penyiangan
Pengendalian
gulma menjadi sangat penting pada periode
awal sampai 30 hari setelah tanam. Pada periode tersebut, gulma harus dikendalikan secara manual, gasrok, maupun herbisida.
Gulma
yang sering dijumpai dilahan sawah antara lain adalah Echinochloacrus-galli(Jajagoan),Cyperus difformis, C.iria,
AgeratumconyzoidesL.(wedusan), Mimosapudica (putrimalu), Cynodondactylon (rumput grinting).
Pada lahan sawah irigasi,
penyiangan gulma dilakukan padasaat tanaman berumur
21 hari setelah tanam (HST) dan 42 HST, baik secara manual
maupun dengan gasrok, terutama
bila kanopi tanaman
belum menutup. Penyiangan dengan gasrok dapat dilakukan pada saat gulma
telah berdaun 3-4 hela
i,
kemudian digenangi selama 1hari agar akar gulma mati.
Gambar 7. Pengendalian gulma menggunakan: gasrokatau landak; powerweeder;dan herbisidaselektif.
Aplikasi herbisida
selektif digunakan untuk pengendalian gulma jenis tertentu.
Herbisida yang digunakan dilokasi
Demarea adalah jenis herbisida pratumbuh
berbahan aktif pendimethalin dan metil metsulfuron.
10. Pemupukan Anorganik
Untuk
mendapatkan produktivitas >10ton GKG/ ha diperlukan
pemberian pupuk dengan dosis masing- masing minimal
urea 200kg/ha dan NPK Phonska 300kg/ha. Pupuk
Phonska diaplikasikan100% pada saat tanam dan pupuk urea masing-masing1/3 pada umur 7-10 HST,
1/3 bagian pada umur 25-30 HST,
dan1/3 bagian pada umur 40-45 HST.
Penerapan teknologi
penanaman padi sistem
Jarwo Super mempunyai target produksi yang tinggi. Untuk mencapainya, sistem ini cocok untuk
tanah sawah irigasi dengan kadarP
(fosfat)danK(kalium) sedang sampai tinggi, serta mempunyai
kapasitas tukar kation (KTK) kategori
sedang sampai tinggi. Penetapan status hara tanah hara P dan K diukur dengan Perangkat Uji Tanah
Sawah(PUTS). Daerah yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan budidaya jajar legowo super yang memiliki status hara P dan K sedang sampai tinggi disentra produksi padi. Provinsi
Riau memiliki 2 Kabpaten yang potensial untuk daerah pengembangan Jarwo Super, yaitu di
Kabupaten Indragiri Hilir dan Kuantan Sengingi.
11. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Terpadu
Hama
utama tanaman padi adalah wereng batang cokelat
(WBC), penggerek batang padi (PBP), dan tikus.
Sedangkan penyakit penting
adalah blas, hawar daun bakteri,
dan tungro. Pengendalian hama dan penyakit
diutamakan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis,
feromon, dan mempertahankan populasi musuh alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah
cara
terakhir jika komponen pengendalian lain t idak mampu mengendalikan
hama penyakit. Komponen pengendalian hama dan penyakit
tanaman padi adalah sebagaiberikut:
a. Tanam serempak
dan pergiliran varietas
b.
Penggunaan varietas berpotensi hasil
tinggi dan tahan hama penyakit antara
lain Inpari 30 Ciherang Sub1, Inpari
32 HDB,dan Inpari 33.
c.
Mempertahankan keberadaan musuh alami di lingkungan setempat.
d. Pemantauan populasi
hama dan penyakit
secara rutin.
e.
Pengendalian hama wereng sedini mungkin, ketika populasinya pada pertanaman merupakan
generasi ke-
1. Pada umumnya,
keberhasilan pengendalian wereng cokelat j ika sudah memasuki generasi ke-2 atau ke-3 akan sangat kecil, bahkan mengalami
kegagalan.
f.
Penggunaan pupuk N sesuaianjuran (tidak berlebihan)
g.
Pengendalian dengan pestisida secara tepat (dosis,
sasaran, waktu, cara dan bahan
aktif).
Penyebaran penyakit
tungro dapat dihambat
melalui penekanan aktivitas
pemencaran wereng hijau, dengan
modifikasi sebaran tanaman dengan tanam jajar
legowo dan mengatur kondisi pengairan
(menggenangi sawah yang terserang tungro).
Sanitasi
lingkungan untuk menghilangkan sumber inokulum penyakit
dan memutus siklus
hidup hama melalui
eradikasi ratun/singgang.
Berdasarkan
tangkapan wereng batang cokelat dan penggerek
batang padi:
a.
Apabila
tangkapan WBC imigran
(makroptera) pada lampu perangkap terdiri
atas satu generasi
(seragam), maka
persemaian hendaknya dilakukan15 hari setelah
puncak tangkapan.
b.
Apabila
populasi WBC beragam
generasi (tumpang tindih),maka persemaian dilakukan 15 hari setelah
puncak tangkapan ke-2.
c.
Waktu tanam yang dianjurkan adalah15
hari setelah puncak penerbangan ngengat PBP generasi
pertama.
Apabila
generasi PBP di lapangan tumpang tindih, waktu
tanamdianjurkan 15 hari setelah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.
Pestisida
nabati yang digunakan pada dem area Jarwo Super di Mutiara adalah BioProtector yang berbahan aktif senyawa eugenol,
sitronelol, dan geraniol. Hasil penelitian sebelumnya menerangkan bahwa senyawa tersebut
efektif mengendalikan berbagai
hama penting pada tanaman padi seperti wereng
batang cokelat, keongmas,
dan walang sangit.
Eugenol yang terkandung di dalam formula
juga bersifat fungisidal sehingga diharapkan mampu menekan pertumbuhan penyakit yang disebabkan
oleh jamur pathogen.
terutama setelah
terkena cahaya/sinar matahari
dan selanjutnya akan berfungsi sebagai
pupuk organik sehingga
secara langsung mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman padi. Hasil penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa aplikasi BioProtector mampu meningkatkan produksi
tanaman 10 hingga 15%. Pestisida nabati umumnya memiliki
daya racun rendah sehingga pemakaiannya
aman bagi manusia dan hewan ternak.
Aplikasi pestisida nabati dapat menjaga kelestarian
serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan musuh alami.
Aplikasi BioProtector sebaiknya dilakukan sekitar
seminggu setelah bibit tanaman padi dipindahkan ke lapang.
Aplikasi BioProtector selanjutnya diulang dua kali dengan selang waktu 7-10 hari kemudian. Aplikasi terakhir dilakukan
satu atau dua kali saat tanaman padi sudah memasuki
vase generative dimana bulir-bulir padi mulai terisi. Aplikasi pada vasetersebutdilakukan untuk
mengendalikan populasi walang sangit
sekaligus untuk menyediakan hara setelah bahan organik tanaman
yang berperan sebagai
bahan aktif pestisida
terurai terkena sinar matahari.
Pengendalian hama
tikus
dilakukan sebagai
berikut:
Ø Didaerah
endemic tikus, penerapan TBS (Trap
Barrier System) dan tanaman
perangkap dilakukan 3 minggu lebih awal untuk monitoring dan pengendalian. TBS berukuran 25m x 25 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan
tikus seluas 8-10 ha disekelilingnya.
Ø LTBS berupa bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm,
ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1m,
dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20m dengan pintu masuk berselang-seling arah. LTBS dipasang
diperbatasan daerah tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan LTBS dipindahkan setelah
tidak ada
tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya dipasang
selama 3 malam berturut-turut.
Ø Metode pengendalian tikus berdasarkan stadia
tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Metode pengendalian tikus berdasarkan stadia tanaman
padi
Metode pengendalian |
Br |
OT |
Sm |
Tnm |
Tns |
Btg |
Mtg |
Tanam serempak |
|
|
+ |
+ |
|
|
+ |
Sanitasi habitat |
+ |
++ |
+ |
|
|
+ |
|
Gropyok
massal |
+ |
++ |
+ |
|
|
|
|
Fumigasi |
|
|
|
|
|
++ |
++ |
LTBS |
++ |
+ |
|
|
+ |
++ |
|
TBS |
|
++ |
+ |
|
|
|
|
Rodentisida |
+ |
|
|
|
|
|
Keterangan:
+=dilakukan;++=difokuskan;Br=bera;OT=Olahtanah;
Sm=Semai;Tnm=Tanam;Tns=Tunas;Btg=Bunting; Mtg=Matang
12. Panen
Panen merupakan
kegiatan akhir dari proses produksi padi di lapangan dan faktor
penentu mutu beras, baik kualitas
maupun kuantitas.
a. Penentuan umur panen
Panen dilakukan
pada saat tanaman
matang fisiologis yang dapat
diamati secara visual pada hamparan sawah, yaitu 90-95% bulir telah menguning
atau kadar air gabah berkisar
22-27%. Padi yang dipanen pada kondisi
tersebut menghasilkan gabah
berkualitas baik dan rendemen
giling yang tinggi.
b. Panen
Panen dilakukan
menggunakan alat dan mesin panen. Untuk mengatasi
keterbatasan tenaga kerja di pedesaan,
telah dikembangkan mesin pemanen seperti
stripper, reaper,
dan combine harvester. Combine harvester merupakan alat pemanen
produk Balitbangtan yang didesain khusus untuk kondisi
sawah di Indonesia. Kapasitas kerja mesin ini 5 jam per hektar dan ground pressure
0,13kg/cm2,
dioperasikan oleh 1 orang operator dan
2 asisten operator, sehingga mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ha
(BBMektan,2013).
Combine harvester menggabungkan
kegiatan pemotongan,
pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi,
dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian
yang terkontrol. Penggunaan combine
harvester menekan kehilangan hasil gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan
hasil jika dipanen secara manual rata-rata 10% (BBPadi,2014).
B.
Pasca
Panen
a. Pengangkutan
Gabah perlu dikemas untuk menghindari tercecernya gabah selama
pengangkutan. Pengangkutan gabah umumnya menggunakan truk, bak
terbuka, gerobak dorong,
sepeda motor atau sepeda.
b.Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan
di bawah sinar matahari langsung
atau dengan mesin pengering. Penjemuran sebaiknya beralas terpal dengan
tebal lapisan gabah 5-7cm dan dilakukan
pembalikan setiap 2 jam sekali.
Penjemuran dihentikan setelah
kadar air gabah mencapai 14% (Gabah Kering Giling/GKG). Suhu pengeringan benih jika menggunakan dryer tidak melebihi 40-45oC,
sedangkan untuk gabah konsumsi tidak melebihi 50-55o
b.
Pengemasan
Gabah
dikemas dalam karung atau kantung plastik yang berfungsi
sebagai wadah, melindungi gabah dari
kontaminasi, dan mempermudah
pengangkutan.
c. Penyimpanan
Penyimpanan dengan teknik yang benar dapat memperpanjang
umur simpan gabah/benih serta mencegah kerusakan beras.
Proses respirasi yang masih berlangsung pada gabah dapat menyebabkan
kerusakan seperti tumbuh jamur
sehingga mutu gabah turun. Ruang penyimpanan
sebaiknya bebas dari hama dan
penyakit. Fumigasi dan pemasangan kawat berperan penting untuk menghindari kerusakan gabah dari serangan
tikus, burung dan kutu. Ruang
penyimpanan perlu memiliki ventilasi yang cukup
agar tidak lembab. Gabah atau benih yang telah
dikemas dalam kantung
atau karung disusun
dan ditempatkan diatas palet kayu.
I. KEUNTUNGAN
Menurut Sembiring
(2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada
padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki
keuntungan, yaitu terdapat
ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan
tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan
aktivitas fotosintesis yang berdampak
pada peningkatan produktivitas tanaman.
Teknologi Jajar Legowo Super merupakan implementasi terpadu teknologi budidaya padi berbasis
cara tanam jajar legowo 2:1 yang meliputi:
1. penggunaan benih bermutu dari VUB potensi
hasil tinggi;
2. pemberian biodekomposer;
3. pemberianpupuk hayati
dan pemupukan berimbang;
4. pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)secara terpadu;
5. penggunaan alat mesin pertanian
terutama untuk tanam
dan panen.
Beberapa keunggulan yang melengkapi caratanam
jajar legowo super adalah:
1. Pemberian
biodekomposer pada saat pengolahan tanah ke dua
mampu mempercepat pengomposan jerami;
2. Pemberian pupuk hayati sebagai
seed treatment yang dapat menghasilkan fitohormon (pemacu tumbuh tanaman),
menambat nitrogen dan melarutkan fosfat yang
sukar
larut serta meningkatan kesuburan dan kesehatan tanah;
3. Pestisida nabati yang efektif
dalam pengendalian hama tanaman padi seperti WBC;
4. Penggunaan alsintan
untuk penghematan biaya tenaga kerja serta
pengurangan kehilangan hasil panen.
5. Hasil
analisa ekonomi pada demfarm jarwo super di desa Kempas Jaya, Kabupaten
Indragiri Hilir, menghasilkan produksi 11,1 ton/ha GKP dengan perolehan pendapatan bersih sebesar
Rp 32.703.350 dan nilai BCR 3,79 . Sedangkan pada teknologi petani dengan hasil sebesar 4,716 ton/ha GKP diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp
6.194.000 dengan nilai BCR 1,43 (Laporan
Akhir Peningkatan Kapasitas Penyuluh, 2017).
II.
PENUTUP
Demikian
buku petunjuk teknis ini dibuat dengan harapan
dapat menjadi panduan
atau acuan dalam penerapan paket teknologi budidaya
jajar legowo (jarwo)
super yang meliputi
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, penerapan
pupuk hayati (agrimeth), persemaian system dapog, penyiapan lahan, penerapan pupuk organik (biodekomposer) ,penanaman menggunakan
mesin tanam jarwo transplanter
atau secara manual, penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan
anorganik, pengendalian hama dan penyakit
terpadu, serta penaganan
panen dan pasca panen.
I.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.http://ahlitani.com/2017/01/25/budidaya-padi-jarwo super-bisa-dongkrak-panen-padi-hingga-14-ton-per- hektar/. Diakses tanggal 30 januai 2018.
Anonim.https://amanahtani.wordpress.com/2015/05/30/menana
m-padi-dengan-sistem-jarwo-jajar-legowo/.
Diakses tanggal 30 januai 2018.
Anonim.https://gapoktansekarsari.wordpress.com/2016
/12/14/teknologi-jarwo-super-dongkrak-produksi-padi-
berlipat-lipat/
Anonim.http://www.informasipertanian.com/2013 /07/tanam- padi-dengan-sistem-jajar legowo. html. Diakses
tanggal 30 januai 2018
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2013.
Sistem Tanam Legowo.
Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Jakarta. 26 hal.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2016. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Jajar Legowo Super.Kementerian Pertanian
Republik Indonesia. Jakarta.
44 hal.
Buletin
Konsumsi Pangan Volume 5 No 1, Tahun 2014.Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian. Kementerian PertanianRepublik Indonesia.
Dinas Pertanian
Provinsi Riau.2012.Laporan Tahunan
Dinas Pertanian dan Peternakan. Provinsi Riau.
Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. 2016. Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo.
Kementerian PertanianRepublik
Indonesia. Jakarta. 103 hal.
Kementerian Pertanian
Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian PertanianRepublik Indonesia.
Jakarta.
RINGKASAN
Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk
yang masih cukup
tinggi.Salah satu terobosan inovasi teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
yang dapat mendongkrak peningkatan produktivitas pangan, khusnya padi adalah Jajar Legowo
Super. Dalam buku juknis ini berisi panduan atau acuan penerapan paket teknologi budidaya jajar legowo (jarwo) super meliputi
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, penerapan
pupuk hayati (agrimeth), persemaiansistemdapog, penyiapan
lahan,penerapan pupuk organik
(biodekomposer), penanaman menggunakan mesin tanam jarwo transplanter atau secara manual, penyulaman, pengairan,
penyiangan, pemupukan anorganik,
pengendalian hama dan penyakit terpadu, panen dan penanganan pasca panen guna tercapainya peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan petani.