Hernia adalah penonjolan isi perut,
bersama dengan peritoneum, ke arah luar rongga
perut. Apabila penonjolan
tersebut tidak bersama peritonium maka disebut
prolapsus. Terdapat beberapa point
penting dalam hernia yaitu : defek atau bagian yang lemah dari dinding
rongga, kantung hernia, isi hernia,dan cincin hernia (daerah penyempitan
kantung hernia akibat defek tersebut). (Anonimus, 2009).Keluarnya sebagian isi
perut disebabkan oleh melemahnya dinding perut karena trauma atau sebab lain,
serta faktor-faktor kongenital yaitu adanya suatu lubang pada masa foetus yang
menetap ketika lahir, misalnya lubang di pusar/prosesus vaginalis. Faktor
diatas disebut sebagai faktor predisposisi. Tekanan dalam perut yang selalu
meninggi/mendadak meninggi oleh batuk, kehamilan, atau pun mengedan karena
opstipasi kronis atau kesulitan miksi karena membesarnya prostat akan
menyebabkan isi perut terdorong keluar melalui dinding perut yang
melemah/melalui lubang kongenital tadi. Faktor tersebut disebut sebagai faktor
pencetus. Hernia terdiri dari cincin, isi, kantung. Cincin hernia adalah suatu
lubang pada kantung tempat isi hernia masuk kedalam kantung. Cincin ini dapat
disebabkan oleh trauma (seperti pada hernia ventralis), kongenital (seperti
pada hernia umbilikalis), atau berupa bagian distal dari suatu saluran (seperti
pada hernia lateralis). (Ibrahim, 2000).
Klasifikasi
Type-type hernia berdasarkan klinis
adalah sebagai berikut : A. Hernia Reducibel, dimana jika isi hernia dapat
dikembalikan ke dalam rongga perut dengan cara manipulasi. B.Hernia
Irreversible, dimana jika isi hernia tidak dapat dikembalikan keposisi semula
tanpa tindakan operasi karena adanya adhesi antara isi hernia dengan jaringan
sekitarnya. C.Hernia Strangulasi, dimana jika leher hernia mengalami
penyempitan akibat terjadinya statis peredaran darah dari bagian viscera
abdominalis, sehingga terjadi gangrene pada usus yang mengalami
hernia.(Anonimus, 2009).Strangulasi usus dalam kantong hernia terjadi bila
suplai darah kebagian tersebut terganggu sebagian atau pun total. Ini bisa
terjadi bila usus dalam kantong hernia itu mengalami torsio atau distensi. Yang
tandanya ada kebengkakan yang sifatnya
lunak dan tidak peka terhadap rasa sakit, kebengkakan menjadi besar, panas tapi
masih lunak dan mirip dengan gangguan pada kasus obstruksi usus. Terapinya
perlu segera dilakukan operasi, tapi harus hati-hati agar tidak terjadi
kerusakan yang berlanjut. Jika ada usus yang masuk tapi jaringannya masih
hidup, maka pada koreksi operasinya usus dapat di kembalikan pada rongga perut.
Usus yang mengalami devitalisasi (walaupun kelihatan masih utuh namun biasanya
sudah terinfeksi oleh bakteri dan toxin) maka harus di potong. Bila yang masuk
bagian intestinum crasum/colon dan mengalami kerusakan akan berakibat usus jadi
rapuh. Dalam usaha memasukan kembali ke rongga perut perlu memperpanjang dan
memperlebar cinicin hernia.(Yusuf, 1995).
Berdasarkan arah, hernia dibagi menjadi
: A. Hernia Ekterna, dimana penonjolan bisa dilihat dari luar, yaitu : a.
Hernia Medialis dan Lateralis, b. Hernia Femoralis, dimana jika ada protrusio
viscera omentum atau lemak lewat suatu kanal yang berisi vasa femoralis dan
kelihatan adanya pembesaran subkutan pada sisi medial femur, c. Hernia
Umbilicus, jika ada protrusio omentum bagian ligamentum farciformis (usus)
lewat cincin umbilicalis, d. Hernia Epigastrica, e. Hernia Lumbalis, f. Hernia
Obturatoria, g. Hernia Semilunaris, h. Hernia Perinealis, suatu hernia
diverticulum dari rectum atau isi
abdomen yang lain atau isi rongga pelvis atau vesica urinaria lewat satu lubang
yang terbentuk akibat robeknya otot-otot
lateral dari anus, otot pangkal ekor dan otot sebelah dorsal dari tulang
ischiadicum, i. Hernia Ischiadica B. Hernia Interna, bila isi hernia masuk
kedalam rongga lain misalnya cavum thorax, cavum abdomen, yaitu: a. Hernia
Epiploici Winslowi, dimana hernia viscera abdomen melalui foramen omentale. b.
Hernia Bursa
Omentalis, c. Hernia Mesenterica, d. Hernia Retroperitonealis, e. Hernia
Diafragmatika.(Anonimus, 2009).
Berdasarkan keberadaan kantung hernia
di bagi menjadi hernia kantong dan hernia tidak berkantong. Berdasarkan waktu
berlangsungnya dibagi menjadi: a. Hernia Insipidus/Iminen, dimana hernia
tahap awal gejala yang ditimbulkan masih
sangat sedikit. Pasien belum merasa sakit, hanya rasa tidak enak pada perut, b.
Hernia Richter/Hernia Littre, merupakan Hernia Incaserata atau Strangulasi
dimana hanya sebagian dari lingkaran usus yang tersangkut. Tetapi benjolan
hernia tidak di temukan, c. Hernia Manifest, hernia yang sudah turun melalui
jalan hernia dan teraba ada benjolan. Dan juga ada hernia lainnya seperti Hernia
Sliding, dimana isi kantong hernia adalah dinding posterior dari hernia itu
sendiri. Hernia Intertitialis, dimana sebagian usus terletak antara 2 lapisan
dinding abdomen, Hernia Permagna, dimana hernia lebih dari separuh rongga perut
masuk kekantung hernia, Hernia Unilateral, dimana henia yang terjadi pada satu
sisi tubuh saja, Hernia Duplex, yaitu hernia yang terjadi pada kedua sisi tubuh
dan Hernia Pantolan yaitu hernia yang terjadi bersamaan pada satu sisi tubuh yang sama. (Anonimus, 2009).
Penyebab
Penyebab
Hernia adalah: 1.Kongenital :a.Hernia congenital sempurna (bagi sudah menderita
hernik sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu, b.Hernia
congenital tidak sempurna (bagi dilahirkan normal tetapi ia mempunyai defek
pada tempat-tempat tertentu dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis). 2.
Aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia/hewan selama hidupnya, antara
lain: a. Tekanan intraabdominal yang tinggi; banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan baik pada saat defikasi maupun urinasi, misalnya pada pasien
BPH, batu urethra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites,dan
lain-lain. b. Konstitusi tubuh, manusia/hewan kurus cenderung terkena hernia
karena jaringan ikatnya sedikit. Sedangkan pada manusia/hewan gemuk juga dapat
terkena karena banyak jaringan lemak. C. Banyaknya preperitoneal fat, dimana
banyak terjadi pada manusia/hewan gemuk, d. Distensi dinding abdomen, karena
peningkatan tekanan intra abdominal, e. Sikatrik, f. Penyakit yang melemahkan
dinding perut.(Anonimus, 2009).
Gambaran Klinis
Gambaran
Klinis dapat berupa:
a)
Pada inspeksi
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring.
b)
Pada hernia insipen
tonjolan hanya dapat dirasakan jika menyentuh ujung jari di dalam kanalis
inguinalis dan tidak menonjol keluar4.
c)
Hernia umbilikalis
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umbilikus akibat peninggian intraabdomen.
d)
Pada hernia
epigastrika, penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual.
e)
Tonjolan hernia
insisional, biasanya berleher besar, sulit dikontrol oleh tekanan dan
diperjelas dengan menegangkan rectum.(Anonimus, 2009).1
Diagnosis
Diagnosis
banding hernia femoralis adalah :Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal
umum dengan suimber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh
kaudal. Variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau tanpa varises pada
tungkai. Hernia inguinalis dapat ditegakkan diagnosis berdasarkan atas besar
benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi atas dasar
tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus.Hernia obturatoria didiagnosis dengan adanya keluhan
nyeri seperti di tusuk – tusuk dan parastesia di daerah lutut.Hernia pantalon
didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan ( tampak dan teraba benjolan di
perineum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkarserasi ).Hernia
spieghel didiagnosis dengan ditemukannya benjolan di sebelah atas titik
McBurney kanan atau kiri, pada lateral m.rektus abdominis .Pada hernia
inguinalis diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Benjolan akan membesar jika penderita membungkuk, batuk, mengedan atau
mengangkat beban berat. Hernia umbilikalis didiagnosis banding dengan omfokel.
(Anonimus, 2009).
Penanganan
Penanganan terhadap hernia dibagi
menjadi dua cara, yaitu :
a)
Operasi
Dilakukan operasi yaitu untuk mengembalikan
(reposisi) terhadap benjolan hernia tersebut. Dua prinsip yang digunakan dalam
operasi hernia, yaitu herniotomi dengan memotung kantung hernia lalu
mengikatnya dan herniorafi dengan
perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
(laparoskopik).
b)
Terapi hernia
1.
Terapi umum
a.
Terapi konservatif
berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakain korset pada hernia ventralis. Sementara itu pada hernia
inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak dapat
menyembuhkan, alat ini dapat juga melemahkan otot dinding perut.
b.
Setiap hernia femoralis
memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang
merupakan kontradiksi operasi.
c.
Setiap hernia femoralis
memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang
merupakan kontradiksi operasi.
d.
Pada hernia ventralis,
pengelolaan konservatif menggunakan alat penyangga luar korset elastik khusus
untuk sementara atau lebih lama bila ada kontradiksi pembedahan.
2.
Hernioplastik
endoskopik
Hernioplastik endoskopik merupakan
pendekatan dengan penderita berbaring dalam posisi Trendelenburg 40 derajat.
Digunakan tiga trokar, yang pertama di garis tengah dekat umbilicus, dan dua
lainnya di lateral.Keuntungan metode ini yaitu mobiditas ringan, penderita
kurang merasa nyeri, dan keadaan umum kurang terganggu dibandingkan dengan
operasi dari luar. (Anonimus, 2009).
MATERI DAN
METODE OPERASI
A. MATERI
Persiapan Alat-alat Operasi
Alat yang digunakan meliputi :
-
Scalpel dan blade
-
Gunting lurus
-
Gunting bengkok
-
Arteri klem
-
Needle holder
-
Needle
-
Pinset anatomis
-
Pinset chirurgis
-
Alli’s forceps
-
Dook steril
-
Dook klem
-
Tampon
-
Benang catgut dan
cotton secukupnya
-
Kapas secukupnya
Persiapan
Obat-obatan dan Kemikalia
Obat dan kemikalia yang diperlukan dalam operasi ini
antara lain:
-
Atropin sulfat 0,025%
dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
-
Ketamin 10% dosis
10-40 mg/kg BB
-
Xilazin 10% dosis 2-3
mg/kg BB
-
Larutan
penicili-streptomicin
-
Ampisilin 10%
-
Alkohol 70%
-
Yodium tincture 3%
-
Salep Betadine
-
Larutan
PK dan Larutan DR 5%
B. METODE
Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilakukan hewan terlebih dahulu
diperiksa, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah secara laboratorik
umum yang dilakukan meliputi anamnesa, penghitungan frekwensi napas, frekwensi
pulpus, temperatur, berat badan, pemeriksaan kulit dan rambut, susunan alat
pencernaan, perkencingan, peredaran darah, susunan pernafasan dan susunan
syaraf. Pemeriksaan darah
secara laboratorik meliputi kadar PCV, Hb, RBC, WBC, diferensial leukosit,
kadar TPP dan fibrinogen. Hewan sebelum dioperasi dipuasakan terlebih dahulu
selama ± 12 jam. Kemudian hewan diberi Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat
dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara subkutan, 10 menit kemudian dilanjutkan
dengan pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 1-3
mg/kg BB secara intramuskular. Setelah pemberian anestesi, kemudian
hewan direbahkan dengan posisi rebah dorsal kemudian bulu daerah abdomen
dicukur dan dibersihkan. Setelah bersih kemudian diolesi dengan yodium
tincture.
Persiapan Operator dan Cooperator
Sebelum
operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku
dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih. Tangan dikeringkan dengan
handuk bersih kemudian didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian operator dan
cooperator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan aseptis tersebut dipertahankan hingga operasi
selesai.
Pelaksanaan Operasi
1. Anestesi Umum
Hewan
diletakkan dengan posisi dorsal recumbency, pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg BB,
xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg BB secara intramuskular.. Sebelumnya diberikan premedikasi dengan
antropin sulfat 0,25 % secara sub cutan. Cooperator memantau frekwensi kerja
jantung dan nafas. Stadium 3 plane 3 ditandai dengan respirasi abdominal dengan
amplitude yang minimal, bola mata terletak di tengah, jaw tension menghilang
dan reflek pedal hilang sama sekali yang berarti hewan tersebut telah
teranestesi sempurna dan siap untuk dioperasi.
2.Teknik Operasi
A.
Umum
a.
Kecil-isi lemak,
ometum, ligamentum, fusiformis
b.
Sedang
c.
Besar
Kembalikan
ke dalam rongga perut dan tutup cincin umbilicalis
B.
Teknik
Anestesi:
·
Lokal (infiltrasi pada
daerah umbilicus) + sedativa, ini yang paling baik
·
Epidural
·
Umum, untuk yang cukup
dan besar
Kecil:
a.
Irisan langsung di atas
hernia dan sepanjang hernia
b.
Kulit di preparir dan
di kuakkan
c.
Cari kantong dan isi
hernia, preparir sampai menuju cincin hernia kemudian di dorong masuk.
d.
Cincin hernia yang
tampak diskarifikasi/di iris (jika kecil) atau di bentuk fusiformis (jika
besar).
e.
Kemudian di jahit
dengan catgut chromic atau benang sutera atau katun
f.
Sebelum di jahit di
berikan larutan anti biotik dan setelah di jahit juga di beri injeksi anti
biotik.
Cukup/Besar.
a.
Irisan berbentuk
fusidormis (untuk mempermudah pencarian kantong dan menggurangi kulit yang
melebar).
b.
Priparir kantong hernia
c.
Isi hernia di dorong
lebih dahulu, setelah masuk leher hernia di ikat erat-di potong-di
jahit-masukkan.
d.
Selanjutnya terapi
seperti hernia umbilicalis yang kecil.
C.
Langkah-Langkah Operasi
1.
Kulit di iris
longitudinal di atas kantong hernia
2.
Cari leher dan cincin
hernia, kemudian kantong hernia di iris (garis putus-putus).
3.
Isi hernia di dorong
masuk.
4.
Peritoneum di tutup
dengan jahitan pada leher hernia memakai jahitan putus-putus.
5.
Muskulus dan fascia di
jahit.
6.
Setelah itu cincin
hernia di buat fusiform dan di tutup dengan jahitan interrupted dengan
benang yang kuat. Kemudian di lakukan
panutupan dinding abdomen:
a.
Jahitan subkutan dengan
catgut plain 00,000 jahitan pada subkutan ini untuk mencegah:
·
Terjadinya rongga yang
terlalu besar antara muskulus dan kulit.
·
Terjadinya timbunan
cairan dalm rongga itu dan mencegah dead space
b.
Jahitan pada kulit
menggunakan benang katun. Benang jahitan di ambil setelah menggunakan 8-10 hari
kemudian.
7.
Pada hernia umbilicalis
yang cukup besar mungkin terjadi adhesi antara kantong hernia dengan usus
(ujung usus yang melingkar) yaitu yang di sebut lig.falciformis. Perlekatan ini
bisa di potong dengan cara membuka kantUng hernia (perItoneum) terlebih dahulu,
kemudian perlekatan antara kantong hernia dan usus di preparir setelah itu usus
di masukkan. Langkah berikutnya sama dengan di atas.
8.
Pada peristiwa patent
urachus yang menyebabkan terjadinya pelepasan urin melalui umbilicus,
penanganannya sama dengan yang di atas.
9.
Sebelum menutup cincin
hernia, terlebih dahulu di berikan antibiotik pada organ visceralnya.
10. Dalam
menghadapi hernia umbilicalis yang cukup besar ada kalanya dalam bentuk
ficiform dan cincin hernia di butuhkan irisan yang lebar sehingga dalam
penutupan mengalami kesulitan karena memerlukan tarikan yang cukup kuat, maka
hal ini perlu melonggarkan dahulu jaringan sekitarnya yang berupa M.rectus
abdominis dengan cara menyayat fascianya kemudian melakukan jahitan.
11. Untuk
hewan-hewan yang besar dapat pula di lakukan dengan cara yang lebih komplek
yaitu sbb:
a.
M. Rectus abdominis dan
fascia dalam dijahit dulu dengan jahitan putus-putus.
b.
Fascia sebelah luar di
preparir dengan muskulus-muskulus di bawahnya, kemudian di persatukan satu sama
lain pada sisi yang berlainan dengan saling menindih kemudian dijahit dengan
jahitan mattras.
c.
Kemudian dilanjutkan
jahitan pada muskulusnya.
Perawatan
Pasca Operasi
Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang
yang bersih dan kering. Luka operasi diolesi salap Betadine dan dikontrol
kebersihannya, gunakan elizabeth collar untuk mencegah hewan menggaruk luka
bekas jahitan operasi dengan jari-jarinya, diperiksa secara kontiniu selama 4-6
hari. Selama seminggu hewan diberikan antibiotik dan makanan yang lunak dan
mempunyai nilai gizi yang cukup. Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas
operasi kering dan benar-benar telah tertutup.
DISKUSI
Hernia umbilikalis ini
selalu bersifat kongenital, karena adanya lubang di pusar yang belum menutup
pada saat hewan dilahirkan. Sering ditemukan pada anak sapi perah. Cincin hernia
umbilikalis ini kecil dan kulit pusar tebal. Oleh karena itu maka isi kantong
umumnya omentum, bukan usus. Hernia umbilikalis di diagnosis banding dengan
omfalokel yaitu suatu kelainan di daerah pusar karena kulit di daerah tersebut
tidak menyatu sehingga isi perut yang di lapisi amnion(apabila amnion belum
pecah)tampak dari luar. Apabila hernia segera diketahui pada bulan-bulan
pertama kelahiran, maka benjolan hernia di tekan ke dalam rongga perut dengan
suatu lempeng logam yang difiksir ke kulit di sekitarnya. Apabila setelah usia
satu tahun cincin hernia tidak lebih longgar dari satu jari, maka cukup di
observasi saja. Herniotomi dilakukan apabila cincin hernia cukup longgar
ataupun hernia telah menunjukkan tanda-tanda penjepitan. Gejala ileus obstruksi
akan terlihat apabila unsurnya terjepit, sedangkan jika hanya omentum yang
terjepit maka ditemukan massa
yang keras dan berwarna merah.(Ibrahim,2000).
Hernia umbilikalis kongenital adalah
hernia utuh ditutup kulit yang terdapat waktu lahir. Hernia ini dapat menonjol
kedalam tali pusat, disebut hernia ke dalam tali pusat. Diduga hernia ini
terjadi dari omfalokel kecil yang mengalami epitelisasi intrauterin. Hernia
berbentuk oval atau bulat dengan penampang 23 cm, lehernya sempit dan berisi mid
gut. Setelah tali pusar dipotong dan diikat puntungnya dipuntir
perlahan-lahan supaya usus yang mungkin ada dalam tali pusat tereposisi. Kemudian puntung ini difiksasi
dengan plester ke dinding perut untuk mencegah puntiran terlepas. Setelah tali
pusat nekrosis terdapat luka granulasi yang menutup beberapa minggu kemudian.
Adhesi usus dalam kantong hernia dapat terjadi sehingga reposisi gagal. Bila
ini terjadi perlu dilakukan tindakan operasi segera. Hernia umbilikalis pada
bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilikus dan manifestasinya
terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui
tali pusar. Setelah pengikatan, puntung tali pusar sembuh dengan granulasi dan
epitelisasi terjadi dari pinggir kulit sekitarnya. Waktu lahir banyak bayi
dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi
prematur defek ini lebih sering ditemukan. Defek ini cukup besar untuk dilalui
peritoneum; bila tekanan intraabdomen meninggi, peritoneum dan kulit akan
menonjol dan berdekatan. Penampang defek kurang 1 cm, 95% dapat sembuh spontan,
bila defek lebih 1,5 cm jarang menutup spontan. Defek kurang 1 cm waktu lahir
dapat menutup spontan pada umur 12 tahun. Pada kebanyakan kasus, cincin hernia
mengecil setelah umur beberapa tahun, hernia hilang spontan dan jarang sekali
residif. Penutupan defek terjadi perlahan-lah kira-kira 18% setiap bulan. Bila
defek lebih besar, penutupan lebih lama dan beberapa hernia tidak hilang
spontan.(Anonimus, 2009).
Hernia umbilikalis biasanya tanpa
gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya
defek pada umbilicus. Diagnosis banding bila ada defek supra-umbilikus dekat
dengan defek umbilikus dengan penonjolan lernak preperitonial yang dirasakan
tidak enak. Pengobatan adalah expectant therapy. Defek kecil dengan
penonjolan minimal pada semua anak sebaiknya diamati sampai umur prasekolah
atau sampai timbulnya gangguan emosional. Pada hernia yang besar tanpa gangguan
emosional pada anak atau orang tua dapat ditunggu sampai sembuh spontan, atau
dioperasi. Pengobatan konservatif dengan strapping masih belum
disepakati. Menurut Rains dan Ritchie penyembuhan spontan lebih cepat dengan
memakai Strapping plester melingkari perut untuk mendekatkan kulit dan
otot. Sedangkan menurut Swenson sulit menentukan apakah strapping
umbilikus dapat membantu proses penutupan defek secara alamiah. Biasanya
penderita merasa tidak enak dengan masuknya usus ke dalam kantong hernia.
Paling tidak hal ini dapat dicegah dengan strapping. Menurut Kottinier strapping
tidak bermanfaat untuk mencegah herniasi, malah dapat menutupi tanda-tanda
inkarserasi dan menimbulkan iritasi ku1it.(Anonimus, 2009).
Komplikasi
Hernia umbilikalis jarang mengalami
inkarserasi. Kalau terjadi, kerusakan usus lebih cepat dibanding pada hernia
inguinal karena cincin umbilikus kurang elastis dibanding hernia inguinal.
Reposisi spontan seperti hernia inguinal tidak dianjurkan. Pada beberapa kasus
yang mengalami inkarserasi, dalam kantung terdapat usus tidak mengalami
nekrosis, hanya ada satu kasus dengan nekrosis omentum. Mestel dan Burns
melaporkan 3 kasus inkarserata satu kasus menjalani reseksi usus karena
gangrene. Jarang sekali terjadi ruptur kulit dengan eviserasi organ intra
abdomen. (Anonimus, 2009).
Indikasi
Operasi
Operasi dianjurkan bila terdapat
keadaan berikut: Defek fasia lebih dari 1 cm, umur pada wanita lebih 2
tahun dan pada pria Iebih dari 4 tahun.
Bila terjadi inkarserasi atau strangulasi. Bila defek hernia 1 jam longgar pada
usia 6 tahun. Bila kantong besar dan kulit tipis dipertimbangkan operasi karena kemungkinan rupture. Bila anak sering
kesakitan waktu hernia menonjol, sedangkan Strappingtidak mungkin karena
ada kelainan kulit atau ada riwayat inkarserasi. Hernia yang besar sekali
mengganggu ibu dan anak. Bila selama observasi defek membesar atau menetap atau
bertambah besar setelah umur 4 tahun.(Anonimus, 2009).
KESIMPULAN
·
Hernia umbilikalis
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umblikus akibat peninggian tekanan intra abdomen.
·
Hernia umbilikalis
merupakan kelainan congenital.
·
Hernia umbilikalis
biasanya akan regresi spontan dalam enam bulan sampai satu tahun, bila cincin
hernia < 2 cm, bila lebih dari 2 cm perlu tindakan operasi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonimous. (2004). Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Khusus dan
Radiologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kula. Darussalam
Banda Aceh.
Anonimus.2007.Medika.http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=document_detail&xid=96,last
update 7 Mei 2005, (download 28 November 2007)
Anonimus.
2007. Hernia.http://medicastore.com /articles/isiArt.asp?artiID=30,18 November
2007, (download 28 November 2007).
Anonimus.2009.HerniaUmbilikalis.http://www.sehatgroup.web.id/artikel/986.asp?FNM=986.
Anonimus. 2007. Hernia. http://medlinux.blogspot.com/2007-09-01-archive.html.
Akoso,Budi.
1996. KESEHATAN SAPI. Kanisius;Yogyakarta .
Dharma,
dkk. 1997. PENYIDIKAN PENYAKIT HEWAN. Bali
Media;Denpasar.
Grace
, Pierce A., Borley , Neil R . 2006. At a Glance Ilmu Bedah .ed. 3.PT.
Erlangga:Jakarta .
James,dkk. 1997. THE MERCK VETERINARY MANU AL.Merck & CO.,INC Rahway ,N.j. ,U.S.A.
Jawetz,
dkk. 2008. MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN. EGC;Jakarta.
Ibrahim, R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah Kuala
University Press. Banda
Aceh.
Karen Bloor,
Nick Freemantle, Zarnie Khadjesari, Alan Maynard, Department of
Health Sciences, University of York, York YO10 5DD, Department of Primary
Care and General Practice, University of Birmingham, Birmingham B15 2TT “,
Impact of NICE guidance on laparoscopic surgery for inguinal hernias: analysis of interrupted time
series”,http://www.bmj.com/cgi/content/full/326/7389/578?maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=hernia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&fdate=1/1/2002&tdate=11/30/2007&resourcetype=HWCIT,15
Maret 2003, (download 29 November 2007)
R .
Sjamsuhidajat , Wim de Jong. 2005. Buku
Ajar Ilmu Bedah, eds. 1. EGC: Jakarta .
Robert
J.Fitzgibbons, Jr, MD; Anita Giobbie-Hurder, MS” Watchful Waiting vs Repair of
Inguinal Hernia in Minimally Symptomatic Men”,http://www. JAMA -- Watchful
Waiting vs Repair of Inguinal Hernia in Minimally Symptomatic Men_ A Randomized
Clinical Trial, January 18, 2006, Fitzgibbons et al. 295 (3)_ 285.htm,18
januari 2006, (download 29 November 2007)
Yusuf, I. 1995. Ilmu Bedah
Khusus Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan UNSYIAH. Darussalam Banda Aceh.
Tim Dinas Pertanian dan Peternakan. 1996. MANUAL PENGOBATAN
HEWAN. Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Tilley,dkk. 2000. THE 5 MINUTE VETERINARY CONSULT. Second
Edition Lippincatt Williams & Wilkins;Phyladelphia.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Hernia di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.