Kastrasi adalah pengebirian pada hewan jantan dengan suatu operasi untuk mengambil testis atau mengdisfungsikan testis (Yusuf, 1995). Kastrasi dilakukan pada beberapa hal dimana diharapkan hasil operasi ini dapat memperbaiki sifat buruk dan untuk merubah temperamen yang tidak menyenangkan pada anjing muda. Kadang-kadang hasilnya tidak begitu memuaskan pada beberapa kasus dan dengan beberapa pertimbangan operasi tidak direkomendasikan jika terjadi perubahan degeneratif, infeksi pada testis atau terjadi kelukaan (Anonimous, 2004).
Indikasi
Adapun indikasi untuk kastrasi
menurut Yusuf (1995) adalah :
1.
Tujuan seleksi
2.
Penggemukan hewan jantan, biasa pada babi, kambing dan sapi
3.
Memperbaiki temperamen hewan jantan agar lebih jinak/mudah dikuasai, biasa
dilakukan pada hewan besar yaitu untuk tenaga kerja
4. Untuk terapi suatu penyakit, misalnya gangguan
pada skrotum
5. Permintaan pemilik untuk tujuan tertentu
Tujuan
operasi
Tujuan operasi ini
adalah untuk mengambil testis atau mendisfungsikan testis dengan tindakan bedah
agar hewan tersebut steril dan tidak dapat membuahi.
Persiapan Obat-obatan
Obat yang diperlukan dalam operasi ini antara
lain:
-
Lidocain 2%
-
Larutan penicili-streptomicin
-
Alkohol 70%
-
Yodium tincture 3%
-
Salep Betadine
-
Penisilin kristal
Persiapan Alat-alat Operasi
Alat yang digunakan meliputi :
-
Handle scalpel dan blade
-
Alli’s forceps
-
Mosquito forceps
-
Gunting lurus
-
Gunting bengkok
-
Needle holder
-
Jarum bulat dan segitiga
-
Spuit
-
Pinset anatomis
-
Pinset chirurgis
-
Alli’s forceps
-
Dook steril
-
Dook klem
-
Tampon
-
Benang catgut dan cotton
secukupnya
METODE
Persiapan Hewan
Terhadap hewan jantan yang dikastrasi
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum dan khusus memeriksa daerah skrotum
untuk memastikan testis ada pada tempatnya dan hewan itu tidak sedang menderita
hernia skrotalis ( Bone, et.al. 1963). Hewan dimandikan dan bulu di daerah yang
akan dioperasi dicukur.
Persiapan Operator dan Cooperator
Sebelum
operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku
dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih untuk menghindari infeksi bawaan
dari luar tubuh hewan. Tangan dikeringkan dengan handuk bersih kemudian
didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian operator dan cooperator menggunakan
sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan aseptis tersebut dipertahankan hingga
operasi selesai.
Pelaksanaan Operasi
Sebelum operasi hewan diinjeksi secara subkutan
dengan menggunakan anastesi lokal pada daerah kranial raphae scrotum.
Teknik Operasi
Metode Flyn. Setelah hewan dianestesi,
diletakkan pada posisi dorsal recumbency, dicukur bulu daerah scrotum yaitu di
daerah raphae scrotum sampai bersih dan didesinfeksi dengan alkohol 70% dan
yodium tinktur 3% serta dipasangi kain penutup operasi (dook) steril. Skrotum
dari salah satu testis dipegang lalu didorong kedepan dan ditahan sementara,
kemudian dibuat irisan sejajar raphae scroti lebih kecil dari testis dan dibuka
tunica vaginallis communis sampai ke depan, keluarkan testis dan diligasi
spermatic cord sedekat mungkin dengan ostium vaginalis. Dengan menggunakan
mosquito forceps jepit spermatic cord searah yang menuju kearah testis dengan
menggunakan scalpel dipotong spermati cord searah yang menuju kearah testis,
dilakukan potongan distal dari tempat ligasi, melalui irisan tadi dibuat irisan
pada septum scroti untuk mengeluarkan testis satunya dengan dorongan seperti diatas.
Kulit dijahit dengan pola
simple interupted menggunakan benang cutton. Ke dalam daerah sayatan
disemprotkan penicillin oil, luka irisan pada kulit yang telah dijahit diolesi
Iodium tincture 3% dan salap Betadine. Kemudian pasien diinjeksi dengan larutan penisilin kristal
dengan dosis 20.000 IU/kg BB secara intra muskular.
Perawatan Pasca
Operasi
Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang
bersih dan kering. Luka operasi diolesi salap Betadine dan dikontrol
kebersihannya, diperiksa secara kontinyu selama 4-6 hari. Selama seminggu hewan
diberikan antibiotik dan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup. Jahitan
luka dapat dibuka setelah bekas operasi kering dan benar-benar telah tertutup.
Kastrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain :
1. Tanpa membuang testis
2. Dengan membuang testis
a. Secara tertutup : tanpa
membuka tunika vaginalis
b. Secara terbuka : dengan
membuka tunika vaginalis
Tanpa membuang testis: dapat
dicapai dengan merusak sirkulasi darah yang menuju testis pada masa
pertumbuhan, sehingga testis mengalami atrofi. Akibatnya testis tak dapat
berfungsi sebagai alat reproduksi.
Caranya :
- Kontusio
(memukul dengan benda keras) pada pembuluh darah yang menuju testis
- Tusukan
jarum berpijar pada pembuluh darah yang menuju testis
- Melakukan
torsio pada funiculus spermaticus
- Pengikatan/pencepitan
percutan pada leher skrotum, cara ini sering digunakan
- Dapat
diikat dengan karet berbentuk ring, dalam waktu 7-10 hari testis dan
skrotum akan lepas
Pada kambing dan biri-biri :
- Pengikatan
dengan karet
- Dengan
tang Bordizo
·
Hewan
dalam keadaan sadar, tanpa anastesi, hanya distrain
·
Dengan
tang dilakukan jepitan sementara 4-5 menit pada leher skrotum
·
Supaya
jepitan sempurna, maka diperlukan jepitan pada 2 tempat setiap funiculus
·
Jepitan
pada kedua funiculus hendaknya jangan sejajar sehingga masih ada daerah yang
mendapat sirkulasi sehingga tidak terjadi nekrosa (hanya atrofi)
Kekurangan : bila jepitan
kurang sempurna maka testis tidak atrofi sehingga ia masih dapat membuahi. Dan
ini biasanya diketahui sesudah jangka waktu yang lama, sehingga perlu diulangi
lagi, tidak efisien.
Kelebihan :
-
Tak
menimbulkan luka
-
Cepat
dan alat tidak begitu sulit
Dengan membuang testis:
1. Operasi tertutup
yaitu tanpa membuka tunika
vaginalis communis (jadi testis masih terbungkus di dalamnya) diligasi lehernya
sedekat mungkin dengan ostium vaginalis kemudian dipotong di distal dari tempat
ligasi
2. Operasi terbuka
yaitu operasi dengan membuka
tunica vaginalis communis untuk hewan yang masih sangat muda hendaknya ditunggu
sampai descencus testiculorum sempurna. Pada anjing umumnya pada umur 2 bulan
Caranya :
1. Cara kuno, sebelum tahun 1920 : dibuat 2
incisi untuk mengeluarkan tiap testis secara terpisah
2. Cara dr.J.C. Flyn : dibuat satu incisi
yang sejajar dengan raphae testis pada salah satu bagian skrotum. Setelah salah
satu tstis dikeluarkan, melalui lubang irisan tersebut dibuat incisi pada
septum scroti untuk mengeluarkan testis
yang sebelahnya
3. Cara J.V. Lacroix: dibuat sebuah incisi tadi
depan pangkal skrotum, melalui irisan tersebut kedua testis dikeluarkan secara
bergantian. Kelemahan: kemungkinan mengiris muskulus terjadi pendarahan
KESIMPULAN
Kastrasi adalah usaha untuk
mensterilkan atau mendisfungsikan testis hewan jantan tanpa membuang atau
dengan membuang testis. Diharapkan setelah operasi hewan tersebut tidak dapat
membuahi dan tujuan kastrasi dapat tercapai.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonimous. (2004). Penuntun Praktikum Ilmu Bedah
Khusus dan Radiologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kula. Darussalam Banda Aceh.
Bone, J.F, E.J.Cat Cott,
A.A.Gabel, L.E.Johson, and W.F.Riley.1963. Medicine and Surgery. American Vet. Puc.Inc.California
Ibrahim, R. (2000). Pengantar Ilmu Bedah Veteriner. Syiah Kuala
University Press. Banda
Aceh.
Yusuf, (1995). Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Syiah Kula. Darussalam Banda Aceh.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Kastrasi di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.
1 komentar :
Artikelnya bagus bang, mohon Ijin mengambil Kutipan,.....terimakasih
Balas