google-site-verification=I3gsFmhNnwraRTClYNy7Zy_HRGb_d1DkfDUi6e1xs34 Tumor ganas laring ~ Medik Veteriner Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

Tumor ganas laring


Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Tumor Ganas laring lebih sering mengenai hewan jantan dibanding betina, dengan perbandingan 5:1. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis (Hermani, 2001).
Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini (Fossum, 2002). Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan keadaan umum penderita (Haryuna, 2004).
1
 
Radiasi adalah terapi menggunakan sinar ion dengan tujuan menghentikan pertumbuhan sel kanker secara lokal, diparu atau dileher, diberikan umumnya setiap hari (5 hari dalam satu minggu) diberikan selama 5-6 minggu. Efek samping yang dapat terjadi adalah perubahan warna kulit (merah-kehitaman) dilokasi tempat disinar, mual, muntah dan seringkali sariwan (jika sinar didaerah leher), kebersihan mulut termasuk gigi berlubang harus diperhatikan untuk menghindari efek samping. Sedangkan kemoterapi adalah terapi dengan menggunakan obat sitostatik diberikan umumnya secara intravena (melalui pembuluh darah) yang akan menghentikan pertumbuhan sel sel kanker diseluruh tubuh sehingga diindikasikan pada stadium IV atau stadium lanjut. Jenis kemoterapi untuk kanker paru cukup banyak variasinya, standar pilihan pertama saat ini digunakan kemoterapi dengan dasar cisplatin dan dikombinasi dengan kemoterapi lainnya (paclitaxel/docetaxel/gemcitabine/vinorelbine) (Anonimus, 2008).

PENEMUAN KLINIS

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.
Karsinoma Verukosa.
Karsinoma Verukosa adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai hewan jantan daripada hewan betina dengan perbandingan 3:1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.
Adenokarsinoma.
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.
Kondrosarkoma.
Kondrosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%. Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.











PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN  OPERASI

Premedikasi
Preanastesi digolongkan menjadi 3 golongan yaitu; analgesic, tranquilizer dan antikolonergik. Meperidine (Demerol) 1-2 mg/kg atau Oxymorphone (Numorphan) 0.1-0.2 mg/kg secara IM atau SC adalah beberapa contoh analgesic. Acetylpomazine 0.05-0.1 mg/kg secara IM atau SC dan Xylazine 1 mg/kg secara IM adalah contoh tranquilizer sedang antikolinergik yang sering diberikan pada anjing dan kucing adalah antropin 0.04 mg/kg secara SC, 0.02 mg/kg secara IM atau 0.01 mg/kg bila diberikan secara IV (Sawyer Donald C, 1982).
Pada umumnya obat-obat praanestetik bersifat sinergis terhadap anestetik, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anestesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi dll (Sardjana dan Kusmawati, 2004).

Anastesi
           Tujuan pemberian anestesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi kusus, membuat hewan tidak terlalu banyak bergerak bila dibutuhkan relaksasi muskulus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Beberapa tipe anestesi adalah; 1.Pembiusan total - hilangnya kesadaran total, 2.Pembiusan lokal - hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), 3.Pembiusan regional - hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya (Anonimus, 2006).
Prinsip dasar anestesi umum adalah obat anestetika yang diberikan hendaknya tidak menimbulkan depresi respirasi dan gangguan sirkulasi, induksi maupun recoverinya cepat, tidak mahal, tidak menimbulkan iritasi jaringan, stabil dan tidak mudah meledak, penggunaannya tidak membutuhkan alat-alat kusus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dalam pemberian anestetika harus diperhatikan faktor-faktor seperti; kondisi hewan, lokasi pembedahan, lama pembedahan, ukuran tubuh atau jenis hewan, penyakit-penyakit yang diderita, kepekaan hewan terhadap obat anestetik, serta beberapa penyakit seperti penyakit sirkulasi, respirasi, hepar, gagal ginjal dan anemia yang hebat (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
4
 
           Anestesi dibagi dalam 4 stadium; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran, pada stadium ini hewan masih sadar dan memberontak. (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Stadium II (stadium eksitasi involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan, pada stadium ini dijumpai adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, hipertensi dan takikardia. Stadium III (operasi/pembedahan), terbagi dalam 3 tingkat; Plane I, ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak, tipe pernafasan torakoabdominal, reflek pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuntiva dan kornea terdepres. Plane II, ditandai dengan respirasi torakoabdominal, bola mata ventromedial, semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi abdominal yang regular, bola mata kembali ketengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (overdosis/paralisa medulla oblongata), ditandai dengan paralisa otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi, bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Archibald J, 1965).
Ketamin HCL

 
Ketamin hydrochloride adalah suatu obat bius atau obat penghilang rasa sakit yang biasanya digunakan terutama pada bidang kedokteran hewan; biasa digunakan pada anjing, kucing, kelinci, tikus, dan hewan kecil lainnya. Ketamin juga digunakan bersama obat penenang lain untuk menghilangkan rasa sakit pada hewan besar seperti kuda dan sapi. Ketamin merupakan derifat piperidine, dikenal dengan sebutan “debu malaikat”/’PCP’ (phencycline) (Anonimous, 2006). Ketamin HCl termasuk golongan anestesi disosiatif yang bekerja dengan memutus saraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi, obat ini juga merupakan analgesik yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada saraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika dan setelah pemberian ketamin, reflek mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
5
 
Ketamin menimbulkan anestesi dissosiatif, secara farmakologi bereaksi cepat ditandai dengan adanya reflek laring yang normal atau agak ditingkatkan, tonus otot yang ringan atau agak ditingkatkan, tonus otot rangka yang normal atau agak ditingkatkan, stimulasi pernafasan dan kadang-kadang depresi pernafasan sementara atau minimal. Efek anestetik dari ketamin sebagian dapat disebabkan oleh suatu antagonis terhadap reseptor eksitasi N-metil aspartat, ketamin juga dapat bekerja pada reseptor kolinergik muskarinik, serotonin dan norepineprin dalam sistem saraf pusat (Omoigui, 1997).
Penggunaan ketamin sebagai anestetika memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungan penggunaan ketamin antara lain; aplikasinya mudah, pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, dapat digunakan untuk situasi darurat dimana hewan belum dipuasakan karena reflek faring tetap ada, induksi cepat dan tenang, dan dapat dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lain. Kerugian penggunaan ketamin yaitu; menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara tunggal, responnya bervariasi terhadap beberapa pasien, menyebabkan hipotermia dan menyebabkan kekejangan ekstremitas, meyebabkan konvulsi pada beberapa pasien dan recoverinya lama (Slatter, 2005). Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anestetik yang baik (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazin dapat dipakai untuk ansetesi pada kucing (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis ketamin pada hewan kecil 10-20 mg/kg secara IM, dengan onset kerja 3-5 menit dan waktu rekoverinya 2-6 jam (Sawyer Donald C, 1982). Penggunaan ketamin pada kucing memerlukan pengalaman dan skill kusus, rekoveri pada kucing berbeda dari hewan lain, memerlukan perhatian dan observasi yang lama, dan jika rekoveri tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama maka dapat diberikan delirium sebanyak 0.05-0.1 mg/kg (Sawyer Donald C, 1982).
Xylazin HCL

 
Xylazin hydrochloride (Rompun) adalah suatu obat yang digunakan untuk penenang, anestesi, relaksan otot dan analgesik pada kedokteran hewan. Obat ini adalah suatu alpha2-agonis dengan penenang dan penghilang rasa sakit (Anonimous, 2006). Relaksasi otot disebabkan hambatan transmisi intra neural kedalam sistem saraf pusat (Anonimos, 2006). Dalam pembedahan, xylazin dapat dikombinasikan dengan obat anestesi yang lain seperti ketamin untuk mempengaruhi lama anestesi dan untuk memperoleh relaksasi otot juga meminimalisir rasa sakit.
6
 
Kombinasi dengan ketamin menyebabkan efek bius tidak terjadi secara mendadak (Anonimous, 2006). Penggunaan xylazin HCL pada hewan kecil menimbulkan efek samping seperti bradikardia dan penurunan kardiak output, muntah, tremor, penurunan motilitas intestinal dan peningkatan kontraksi uterus, selain itu juga mempengaruhi keseimbangan hormonal antara lain menghambat produksi insulin dan ADH (Sardjana dan kusumawati, 2004). Untuk menghidari efek negatif xylazin tersebut maka penting sekali diberikan atropine sulfat sebagai premedikasi (Sawyer Donald C, 1982).
Pada anjing dan kucing, xylazin dapat diberikan 1-2 mg/kg secara IM akan menimbulkan efek analgesic selama 15-30 menit dan efek seperti tidur selama 1-2 jam (Sawyer Donald C, 1982).

Persiapan Operasi
            Dalam menangani kasus bedah salon(meluruskan ekor) ada beberapa hal yang herus dipersiapkan sebelum operasi dilakukan. Hal ini meliputi persiapan hewan, persiapan alat-alat dan obat-obatan, persiapan operator dan pembantu operator. Disamping itu untuk mencapai hasil yang baik juga harus diperhatikan tehnik operasi dan perawawtan pasca operasi.

Persiapan Hewan

 
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan keadaan darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam yang bertujuan untuk menghindari dampak pemberian anastesi dan juga untuk membersihkan saluran cerna sehingga memudahkan dalam melakukan pembedahan. Hewan dimandikan dan dicukur bulu di sekitar daerah yang akan dioperasi dua jam sebelum operasi dilakukan. Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang digunakan. Premedikasi yang digunakan adalah atropine sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg bb secara subkutan. 10 (sepuluh) menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg bb, xilazin dengan dosis 2-3 mg/kg bb secara intra muscular. Setelah pemberian anastesi. Frekwensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai (Tilley dan smith,2002)
7
 
                       
Persiapan Ruangan, Alat, Bahan Serta Obat-Obatan
            Peralatan bedah disterilkan dan disiapkan obat-obat yang dibutuhkan. Alat yang digunakan adalah: meja bedah, spuit 2,5 cc, scalpel, blade, arteri klem, duk klem, needle holder, gunting tumpul, runcing dan bengkok, pinset anatomis dan sirurgis, allis forcep, drapping, pemegang tampon, dan stetoskop.
            Bahan dan obat yang digunakan adalah alkohol 70 %, iodium tincture 3%, nacl fisiologis, sutera, benang nilon, kain kasa, tampon dan sarung tangan. Antibiotik (penicillin oil, penstrep 1%) vitamin b kompleks, asam manafenat, obat premedikasi (atropin sulfat), obat anastesi (lidokain).

Persiapan Operator dan Co-Operator
            Sebelum melakukan operasi, operator dan co-operator terlebih dahulu mencuci tangan dari ujung jari sampai kesiku dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air bersih, tangan dikeringakan dengan handuk steril dan didesinfektan dengan alkohol 70% kemudian operator dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus, keadaan asepsis.

Teknik Operasi
            Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

A. Laringektomi

            1. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
2. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
           

 
 

8
 
Perawatan Pasca Operasi
            Setelah operasi selesai, daerah incisi dibersihkan dan diolesi dengan iodium tincture 3%, diatas luka yang telah dijahit ditaburkan wonder dust, kedalam daerah bekas operasi disemprotkan penicillin oil. Kemudian pasien diberikan procain penicillin g dengan dosis 4000-10.000 iu/kg berat badan secara im dan vitamin b kompleks secara im. Antibiotik dan suportif diberikan selama tiga hari berturut-turut.
           
























 
 

DISKUSI

Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah pembedahan, radiasi, sitostatika maupun kombinasi daripadanya. Pilihan terbaik untuk pasien ini adalah radiasi, karena hasil biopsi dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamous non keratinizing yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Rehabilitasi setelah operasi dengan terapi yang seksama memiliki prognosis yang baik.

ETIOLOGI
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada hewan yang terpapar dengan debu jalanan.

KLASIFIKASI
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :
            1. Supraglotis
            2. Glotis
            3. Subglotis
Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel. Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis.

ANATOMI

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
           
10
 
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
            2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
            1. Otot-otot ekstrinsik :
Otot elevator :
            - M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid
            Otot depressor :
- M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-otot Intrinsik : Otot Adduktor dan Abduktor :
                        - M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum
                        Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis :
                        - M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid
                        Otot yang mengatur pintu masuk laring :
                        - M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.

GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :
            • Suara serak
            • Sesak nafas dan stridor
            • Rasa nyeri di tenggorok
            • Disfagia
            • Batuk dan haemoptisis
           

 
• Pembengkakan pada leher
           
11
 
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnese
            2. Pemeriksaan THT rutin
            3. Laringoskopi direk
            4. Radiologi foto polos leher dan dada
            5. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
            6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti

DIAGNOSA BANDING

Tumor ganas laring dapat dibanding dengan :
            1. TBC laring
            2. Sifilis laring
            3. Tumor jinak laring.
            4. Penyakit kronis laring

PENGOBATAN

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.

 

REHABILITASI

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”.

PROGNOSA


 
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.
                                                                                          
DAFTAR KEPUSTAKAAN


Anonimous, 2006. Anestesi., http://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi

Anonimous, 2006.Guidelines­­_for_xylazine http://vetmed.duhs.duke.edu/ guidelines for_xylazine.htm.

Anonimous,2006.Ketamine Hydrochloride.,http://peyote.com/
jonstef/ketamine.htm
Bojrab M. J. (1975). Current Techniques in Small Animal Surgery. Lea and Febriger, Philadepia.
Fossum, T.W., C.S. hedlund, D.A. Hugle, A.L. Johnson, M.D. Willard, and G.L.Carroll. 1997. Small Animal Surgery. Mosby Singapore.

Hall, L.W. and K. W. Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia. VIII ed. ELBS & Bailliere Tindall. London.

Hickman, J., and R.G. Walker. 1980. An Atlas of Veterinary Surgery. John Wright & Son Bristol.

Ibrahim  R. 1998. Pengantar ilmu bedah veteriner. Syiah kuala university press. Banda aceh.

Omoigui, S., 1997., Buku Saku Obat-obatan Anestesia., Edisi II. EGC., Jakarta.

Sardjana, I.K.W, dan Kusumawati,D., 2004., Anastesi Veteriner Jilid I., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.

Sawyer, Donald, C., 1982., The Practice of Small Animal Anesthesia., W.B.Saunders Company. Toronto, Canada.

Sisson, S., and J.D. Grossman. 1961. The Anatomy of The Domestic Animal. W.B.Saunders. Tokyo.

Slatter,D., 2003., Text Book of Small Animal Surgery. 3rd Edition., Sounders., Philadelphia.

Tilley. L. P. And smith. F. W. K. 2000. The 5-minute veterinary consult, canine and feline. Lipincoot williams and wilkins. volume 2, fifth edition. WB Saunders London
Terima kasih telah membaca artikel tentang Tumor ganas laring di blog Medik Veteriner jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com